Senin, 26 Desember 2011

Sweet Christmas Card


Setiap Minggu, aku membantu di gereja sebagai pembimbing yang mengajar pendalaman Iman Katolik untuk anak-anak Katolik yang bersekolah di sekolah non-Katolik. Anak-anak ini kami menyebutnya BIA (Bina Iman Anak) dan BIR (Bina Iman Remaja).


Seminggu yang lalu, kami semua membuat kartu natal. Dengan semangat natal, anak-anak BIR menggoreskan tinta warna-warni di kertas putih mereka.

Dan inilah hasilnya,



It's so sweet :)

Thank You Kids :D
Rabu, 21 Desember 2011

He's too fat !





Berdasarkan sebuah kisah,

Santa Claus selalu masuk lewat cerobong asap untuk mengunjungi anak-anak di seluruh dunia dan meletakkan kado di bawah pohon natal atau di kaus kaki yang telah digantung.

Setelah selesai, ia akan mencicipi biskuit dan secangkir teh yang telah disiapkan anak-anak, lalu pergi kembali. Dan tentu saja, lewat cerobong asap.

Akan tetapi kali ini,

Kau terlalu gendut Santa! Hahaha...
Senin, 19 Desember 2011

I Found It ! Merry Christmas everyone!


Setelah berkeliling seharian satu kantor, akhirnya aku menyadari kalau Natal sudah tiba! Minggu Depan... *jejingkrakan*

Aku juga menemukan beberapa pernik natal lucu yang makin memperindah natal ini.








Selamat Hari Natal Kawan!
Selasa, 06 Desember 2011

Cookies Greetings





Sharing is Caring



Hmm, it's delicious cookies!

Season's Greetings




"Hi, my name's Danbo. Merry Christmas white bear."
Jumat, 04 November 2011

Laki-laki Senin


Hari ini hari Senin. Hari biasa. Rutinitas yang biasa. Aku sudah bangun dari pukul 5.06 pagi seperti biasa, ingin mengejar matahari yang sudah berangkat menuju barat (seperti biasa). Aku harus menggunakan 3 jenis angkutan umum yang salah satunya adalah bus transjakarta dan harus transit di halte paling fenomenal, Harmoni.

Antrian bus ke arah kantorku ini tidak terlalu banyak. Tapi memakan waktunya yang paling juara. Paling cepat 20 menit, paling lama 1 jam. Seperti biasa aku melangkahkan kakiku ke antrian dan...

di sana terlihat seorang laki-laki *unyu* yang berdiri dalam antrian. Dengan kemeja kotak-kotak biru lengan panjang dan tas ransel yang dibawanya. Aku tak pernah melihatnya selama ini. Entah mengapa naluriku berbisik kepada saraf motorik untuk bergerak dan ikut masuk dalam antrian disebelahnya! Aku hanya mengibaskan rambut, merapikan baju, memindahkan posisi tas, sesekali hanya meliriknya. Ia cukup menarik untuk dilihat. Aku suka.

Waktu yang terbuang untuk menunggu kedatangan bus ini jadi tak terasa lama. Tiba-tiba saja bus transjakarta datang, dan ternyata dia naik bus yang sama! (antrian di sini ada 3 arah yang berbeda) Dia ikut berdesak-desakan di belakangku lalu aku agak mundur dan ia berada di depanku.. Dia mengarah ke depan bus, aku ikut. Lalu ia mendapatkan kursi dan aku duduk di sebelahnya. *aaaah

Perjalanan ke kantorku hanya memakan waktu 10 menit. Entah kenapa aku hanya memiliki keberanian untuk menatapnya dari dekat. Aku sering menatapnya, tapi saat ia tiba-tiba balik menatapku, aku buang muka. Sungguh, aku malu!

Akhirnya sampai juga di halte tujuan. Tak kusangka ia juga turun di halte yang sama. Bedanya, ia turun lewat pintu belakang dan aku lewat pintu depan. Firasatku, pasti kami akan berpisah. Benar yang kuduga. Ia menyeberang ke kiri, aku ke kanan.
Aku berbalik dan melihat bayangannya hilang...

Wahai laki-laki Senin yang membangunkan semangatku, semoga kita berjumpa lagi.
Senin, 10 Oktober 2011

Mencari Pelangi


Suara tetes hujan pelan-pelan terdengar. Dari gerimis hingga akhirnya semakin lama semakin deras. Aku menatap dedaunan yang bergoyang kesana kemari, pasrah terhadap angin. Lalu terdengar suara manja dari luar, dua kucingku ketakutan.

"Ayo masuk..." aku membuka pintu. Keduanya serempak masuk, yang satu langsung naik ke atas sofa menjilati bulunya yang basah. Yang satunya lagi ke dapur, mencari makan. Aku segera mengikuti yang satu itu ke dapur, membuatkannya makan. "Mao, mau makan sekalian tidak?" Segera, kucing yang sudah merapikan bulu-bulunya itu masuk ke dapur. Mereka makan berdua. Aku duduk melihatnya.

Hujan seperti ini, malah terasa sepi. Aku melamun. Kemudian Mayo menatapku. "Makan saja Mayo, aku tidak apa-apa." Aku hanya kesepian..

Mao menjilati mulutnya, kemudian ia mengeong. Hujan di depan sudah berhenti. Bau tanah basah mulai tercium, kupu-kupu mulai berterbangan. Aku tersenyum.
"Mao.. Mayoo.. Ayo kita mencari pelangi.."
Minggu, 09 Oktober 2011

Hadiah ini akan selalu kuingat


Selamat Ulang Tahun. Ucapku dalam hati.
Ucapan yang tak pernah kudengar darinya. Namun dulu berbeda.

Dulu saat usiaku 6 tahun, waktu aku sedang duduk-duduk di lantai. Mama sedang membuat kue. Papa, aku tak tahu ada di mana. Hari itu aku ulang tahun. Ulang tahunku tak pernah dirayakan besar-besaran. Cukup Mie Goreng Panjang Umur atau nasi kuning dengan ayam goreng buatan mama untuk merayakannya. Hari itu menunya nasi kuning dan ayam goreng. Lezat.

Aku masih duduk-duduk di lantai. Tiba-tiba papa datang. Beliau membawa satu kantong plastik hitam. Aku melihatnya masuk ke rumah. Lalu papa tanpa basa basi memberikan kantong hitam itu. Aku membukanya dan terkejut. Satu kotak pensil berwarna putih. Segera ku periksa kotak pensil plastik itu. Sangat sederhana tapi bergaya dan yang paling penting bergambar SAILORMOON.

Aku melihat papa kembali ke duduk di depan. Tanpa berbicara apapun. Sungguh, aku tak pernah mendengar ucapan apapun darinya. Tapi akan tetap ku ingat selamanya, sebuah hadiah kecil darinya.
Sabtu, 08 Oktober 2011

Jendela Rumahku




Ini jendela rumahku.
Jendela dari usiaku 1 tahun.
Tempatku menatap orang-orang yang berkerumun.
Tempatku menunggu sinar matahari muncul dari timur.
Ini jendela rumahku.
Tempat di mana aku menyembunyikan sarung bantal kesayangan adikku.
Tempat aku bersembunyi dari adikku.
Tempat aku menikmati semilir angin yang menerpa wajahku.

Banyak kenangan darimu wahai jendela.
Kenangan yang akan kusimpan selamanya.
Aku tak kan pernah melupakanmu jendela.
Engkau telah sabar mendengarku bercerita.
Jumat, 07 Oktober 2011

Sebuah Pesan Tertinggal


Kami berlarian.

"Kamu curaaaaang!!!", teriak seorang teman laki-laki berbaju merah. Kami menang. Kami berhasil merebut bentengnya.

"Kamu jaga benteng terus! Udah gitu 1 kelompok bertiga lagi. "
dumelnya. Maklum, aku jadi anak bawang dikelompok ini.
"Ini taktik namanya!", teman, ketua kelompok bentengku menjawab santai.
"Kita main yang lain!" ucapnya tegas.
"Kita main apa? Jangan susah-susah. Kasian si Mel kan cewek sendiri" kata si ketua.
"Kita masuk ke rumah sebelah yuk!" temanku yang lain memberi usul. Panggil dia si bandel dan adiknya.
"Jangan!" teriakku. Rumah sebelah itu kosong dan biasanya kalau kosong itu angker. Apalagi di sebelah rumah itu ada kuburan kecil. Kuburan bayi.
"Boleh juga!" suara si ketua tanda setuju. Bahaya deh.

Ini sudah jam setengah enam sore. Sudah mau maghrib. Lebih baik pulang. Sebelum papa marah.
Tapi ternyata aku sudah di dalam rumah itu!
Baunya tidak enak. Kami masuk lewat pintu samping. Pintu terbuat dari triplek ini sudah benar-benar rusak. Jadi anak sekecil kami dapat masuk dengan mudah. Kata si ketua, ia sering menemukan benda-benda aneh di dalam rumah ini. Padahal rumah ini sudah kosong sejak lama, tapi barang-barang masih terlihat bagus.

PRAAANG!!!
"Maaf", aku menyenggol sebuah vas bunga tua. "Bagaimana inii..." aku sudah hampir menangis. "Sudah tinggalkan saja, anggap saja kucing yang jatohin.." si ketua menggandeng tanganku.
"Pulang yuk..." ajakku.
"Bentar, kita ke atas dulu, siapa tahu ada barang-barang aneh lagi"
Kami naik tangga ke atas. Baunya pengap. Kami menemukan sebuah kamar yang pintunya tidak tertutup penuh. Teman-temanku sudah ada yang di dalam. Ketika aku memasuki kamar, aku terperangah. Ruangannya wangi dan rapi. Seperti ada penghuninya. Ranjang masih tertata rapi dengan selimut dan bantalnya. Siapa yang datang setiap hari?

"Lihat ada sebuah kotak di sini!" teriak salah satu temanku. "Tapi, dikunci."
"Yuk bawa keluar!" ucap yang lain.
"Eh jangan, nanti yang punya marah." ucapku. Aku takut sekali.
"Sudah bawa sajaaa...." ucap si ketua lalu mengambil kotak itu dari yang lain dan berlari. Kami semua berlari dan selalu, aku yang tertinggal.
Lalu aku melihat sepucuk amplop terselip dibawah selimut. Rasa ingin tahu yang tinggi membuatku membawa amplop itu. Aku membalik amplop tersebut ternyata masih di lem rapat-rapat.

Kami sudah keluar. Persis di depan kuburan bayi. Aku merinding. Teman-temankuku bergantian berusaha membuka kotak tadi. Aku berusaha membuka amplopnya. Ini menempel sekali. Apa ku robek saja ya?
Pelan-pelan kurobek amplopnya, lalu terlihat ada lembaran kecil.

"Eh itu lihat deh aneh banget kuburannya." ucap salah satu temanku. "Masih bayi yah.."

Aku mengeluarkan isi surat itu dan ada pesan tertinggal di dalamnya yang berbunyi,

Jangan sekali-kali kalian mengambil dan membuka kotak itu dan jangan sekali-kali kau menunjuk-nunjuk tempat peristirahatan anakku. Mohon kembalikan seperti sedia kala, atau aku tak bertanggung jawab apa yang terjadi


Nah lho.
Kamis, 06 Oktober 2011

Yuk, kita masak beneran




Aku tidak suka telur dadar. Tapi adikku suka.

Suatu waktu saat usia adikku 4 tahun dan aku berusia 10 tahun


"Ci, nasinya dimasak dulu ya", celoteh adikku mengangkat rice cooker mininya ke atas kompor. Kompor mainan. Kemudian ia memasukkan biji-bijian putih yang kita anggap sebagai beras ke dalamnya. Dan dengan cepat ia mengambil termos putih kecil, pura-pura memasukkan air.

"Nah ditunggu 5 menit", ucapnya lagi. "Nah cici goreng telur ya!", ia memberikan telur plastik kepadaku.


Aku menatapnya lalu kuberikan sebuah senyuman.
"Yuk kita masak beneran", ucapku.

Adikku bingung, "Nyalain kompor ci?"
Kompor gas kami tidak pakai listrik. Jadi pakai gas dan harus pakai korek api untuk menyalakannya. Jelas adikku pasti bingung.

Aku berjalan menuju kulkas. Menyiapkan 2 butir telur, wajan, minyak, garam, merica, kecap manis dan piring. Adikku mengikuti. Sepertinya terlihat senang.

Aku menuangkan minyak ke wajan dan menunggu beberapa lama. "Kita bikin telor dadar dulu ya"
Aku tidak suka telur dadar. Tapi aku suka membuat telur dadar. Aku pecahkan telur dengan susah payah, menuangkan garam, merica dan kecap, lalu di aduk dengan garpu. Ini bagian yang kusuka. Adikku melihatku terpana dan gembira. Ia memang selalu ingin tahu banyak!

Lalu, aku memberanikan diri mengambil korek api dan menyalakan kompor. Daaz! Berhasil. Ku tunggu minyak sampai panas.

Lalu ku tuang telur dadarku ke dalamnya! Dalam beberapa menit, telur itu kekuningan dan tercium aroma yang lezat! "Sudah jadii", , ku berikan pada adikku. Dan ia terlihat gembira!

"Aku juga mau buat!" teriaknya.
Tapi aku tidak suka telur dadar.
Baiklah kita buat telur ceplok.

Aku pecahkan lagi 1 butir telur ke dalam mangkuk. Aku ajak adikku untuk menuangkan telur itu ke minyak. "Awas, ntar minyaknya lompat!". Memasak telur ceplok itu lebih repot. Minyak lompat ke mana-mana. Tapi adik terlihat sangat antusias. Ini memasak pertamanya.

Telur kami sudah jadi. Telur dadar kuning dan telur ceplok berantakan :P

Kami mengambil nasi dan meletakkan telur kami masing-masing. Adik mengambil saos tomat dan aku saus sambal.

Ini jam 3 sore. Kami kenyang. Kami senang. Nasi buatan adikku tidak diangkat dalam 5 menit. Tapi tidak gosong. Hahaha..
Rabu, 05 Oktober 2011

Ketika ucapan menjadi sebuah doa


Kursor ku biarkan berkedip-kedip. Lama sekali.
Entah mengapa jika mendengar berita tentangnya aku marah. sebal. kesal.

Lalu aku berbuat salah. Ku ucapkan kata-kata yang seharusnya tak ku keluarkan.
Dan aku berpikir ketika ucapan menjadi sebuah doa, dan apabila sampai terdengar olehNya, aku minta maaf ya Tuhan.

Abaikan doaku yang satu itu.

Amin.

Dimanakah dirimu?





"Se..la..maat.. Ulaang Tahuuun.. kami ucapkaaan..." suara anak-anak TK menyanyi terdengar meriah.
Hari itu ulang tahunnya.
Ibunya membawakan 1 loyang kue tart berhiaskan tokoh-tokoh superhero. Ayahnya mengangkut 1 kardus besar berisi bingkisan kecil untuk dibagi-bagikan.


"Ayo tiup lilinnya....!!" seru ibu guru.
Segera, Dia meniup lilin. Kami bertepuk tangan. Dia terlihat senang.
Lalu kue dipotong-potong dan dibagikan kepada kami.

"Buat kamu, dua potong." Dia menghampiriku.
"Terima kasih."
Aku menerima kue coklat itu. Senang rasanya. Apalagi dapat dua!

Lalu aku dan Dia duduk di meja paling belakang, menyantap makan siang dan kue kami.
Tidak lama, ia bertugas untuk membagikan bingkisan ulang tahun kepada kami. Aku hanya duduk tersenyum. Bingkisanku sudah disiapkan, nanti.


Dia, temanku waktu aku kanak-kanak. Waktu aku masih menangis ketika beberapa teman rajin mengusiliku. Ia datang. Kami juga rajin memberi makan kelinci kami di TK.
Setiap upacara pagi, kami bergandengan tangan. Kami punya tempat makan yang sama. Tidak sengaja ibunya dan ibuku membelikan yang serupa!

Sekarang, Dia di mana?
Dia pergi tiba-tiba.

Aku rindu untuk makan bersama dan memberikan makan kelinci bersama.
Selamat Ulang Tahun, kawan.
Selasa, 04 Oktober 2011

Ketika yang hilang dicari



Mayo with Thom, Yum, Zoup



Di hari ke lima #15harimenulisdiblog saya persembahkan tema #5 Hilang untuk kucing kesayangan saya Mayo.

Di blog ini saya pernah kisahkan kucing-kucing saya yang datang dan pergi. Salah satunya adalah Mayo yang dari lahir sudah ada di rumah saya. Dari dia bayi sampai ia dewasa dan punya anak. Dari sehat, sampai sakit di anusnya, punggung patah, sakit mata bahkan sakit hati selalu bersama saya.
Anak-anak Mayo yang kuingat sudah dua generasi. Generasi pertama diberi nama Baby & Mila. Keduanya betina. Generasi kedua diberi nama Thom, Yum, Zoup dari nama makanan Tom Yum Soup. Thom dan Zoup jantan, sedangkan Yum (Yummy) betina.

Setiap malam, Mayo selalu mengeluarkan suara-suara untuk memanggil anak-anaknya yang entah bersembunyi di mana. Ketika anak-anak berlarian datang pada Mayo, ia segera menjilati anak-anak dan membawa ke tempat di mana saya meletakkan makanan mereka.

Tapi suatu malam, ada yang salah. Zoupy, salah satu jagoan kesayangan Mayo tidak datang ketika dipanggil. Mayo gelisah. Zoupy hilang. Entah bagaimana, nafsu makannya hilang. Ia terus mengeong ke arah luar jalan. Mayo sedih.
Segera Mayo keluar jalan (dan saya ikuti). Mau tahu apa yang Mayo lakukan? Ia mencari anaknya dari tong sampah ke tong sampah lain dan tidak mau pulang. Saya ikut sedih. Bagaimana tidak terharu, suara meongnya sudah tidak seperti biasa. Berbeda.

Akhirnya ku panggil Mayo, kutatap matanya. Ia juga menatapku seakan-akan bertanya, "Apakah Zoupy akan pulang?" Lalu, entah mengapa kujawab, "Ya, kita tunggu dirumah." Lalu aku gendong Mayo pulang bertemu 2 anaknya yang lain. Sampai di rumah Mayo hanya diam, ia tidak makan.

Malam itu terasa sedih. Mayo sangat kehilangan.

Dan hari ini aku juga sedih. Karena aku kehilangan Mayo.
Selamat jalan Mayo. Baik-baik di Surga. Senang rasanya 1 tahun bercanda bersamamu. :)
Senin, 03 Oktober 2011

Sebuah Perjalanan


Aku membuka sebuah situs. Situs sebuah dunia (maya). Dengan persiapan sederhana, aku siap melangkah ke negeri sana.

Tiba-tiba mataku berkunang-kunang. Gelap. Pusing.

Ketika aku memejamkan mata....


Aku ada di mana?


Aku bingung dan panik. Terlihat beberapa orang mengenakan baju pesta dan segelas anggur. Tertawa dengan riuh, terbahak-bahak dan saling bersenda gurau.

"Mengapa sendirian gadis cantik?"
, sapa seorang bapak dengan janggut putihnya melepas topinya.
"Aku tak tahu ada di mana?"
"Kau datang ke sebuah pesta dengan dandanan yang cantik seperti ini tapi tak tahu ada di mana?"
"Ini tahun berapa?"
"Tahun 1881."

Aku tersentak. Aku menjelajah linimasa. Lagi.
Tiba-tiba kepalaku pusing. Bayangan kembali gelap. Aku ingin muntah.

Dan akhirnya,
ada sinar. Tapi ini berisik sekali. Suara derap kuda menakutkanku.



"Hei wanita!!! Mengapa diam disana? Cepat sembunyi!!" teriak seseorang kepadaku.
Ini di mana? Mengapa harus sembunyi?

"Hei kamu! Lari cepat!!

Aku berlari. Tapi aku tak tahu ada di mana? Lalu aku melihat selebaran melayang. Tertulis tahun 334 BC? Hah?

Tiba-tiba bayangan gelap menyelimuti lagi. Kali ini terasa seperti vertigo.
Aku akan sampai di mana?


Tiga orang wanita tampak sibuk. Aku diam menatap mereka.
"Hai gadis! Mengapa melamun? Cepat bekerja!" ucap salah satunya ketus.

Apa yang harus Aku lakukan di sini?

"Dasar kau lelet. Ini tahun 1857! Kau harus bekerja cepat!"

Ku lakukan perintahnya. Panas terik ini membuat kepalaku sangat pusing. Rasanya ingin pingsan. Aku pun terjatuh. Semua gelap.

Dan akhirnya,

"Mel! Lu gak kenapa-kenapa kan? Kenapa bisa jatuh dari kursi sih?" seorang teman membangunkanku.

"Ah..."

"Udah jangan kebanyakan bengong Mel. Kita harus cepat menyelesaikan ini lho.." ucap temanku lagi.

Ku tatap layar monitor bergantian dengan lembaran karton abu-abu dengan panjang 8 meter di sana.
Oh ya Tuhan. Ini Timeline ku.

Lebih tepatnya tugas Timeline Sejarah Seni Rupa Dunia ku. Dan ini dikumpulkan besok pagi.
Sabtu, 01 Oktober 2011

Dia hanya mengenal Aku


Ini Aku. Bukan Aku yang sama seperti biasanya. Tapi Aku yang telah mengenali berbagai macam perkenalan. Dari jejaring sosial, sms, telepon bahkan langsung. Ini Aku yang selalu salah tingkah ketika harus memulai perkenalan.

Sebuah kisah.

Aku sedang duduk sendiri di bangku foodcourt salah satu mall di Jakarta. Hari itu Aku mencari sebuah buku penting untuk keperluan kampus. Ya, sendiri. Sampai akhirnya datang seseorang mendatangi Aku. Ya, untuk berkenalan. Sebut saja, Dia.

Hanya butuh waktu singkat untuk kami berkenalan. Tanpa basa-basi, Aku berkeluh kesah mencari buku penting itu yang tak kunjung ditemukan. Dengan senyum ramah yang menambah ketampanannya, Dia bilang, "Saya pernah lihat buku itu, mari ikut." Kemudian Aku ikut.

Dan benar.

Dia bilang buku penting itu ada di balik tumpukan buku soal-soal UAN. Entah bagaimana buku Bisnis dan Manajemen seperti ini ada di tumpukkan buku UAN. Dia hanya tersenyum. Kemudian Aku ke kasir dan membayarnya. Dengan hati senang karena buku penting ini telah ditemukan, Aku hendak mengajaknya makan. Dia menolak. Es krim? Dia juga menolak. Baiklah, Aku menyerah.

Waktu telah menunjukkan sore. Waktunya Aku pulang. Aku harus pamit dan bertanya pada Dia hendak pulang pukul berapa. Tapi Dia hanya menjawab, "Saya harus masih di sini untuk beberapa waktu"

Aku berpamitan, Dia hanya mengantar Aku sampai pintu utama Mall. Sebelumnya kami berjanji untuk bertemu kembali minggu depan, di food court tadi. Kami tidak bertukar nomer telepon dan tidak bertukar akun jejaring sosial. Katanya, biar seru.


Seminggu hampir berlalu,


Aku menceritakan Dia pada seorang teman. Teman pun penasaran. Siapakah Dia? Entah. Karena Sabtu ini Aku akan bertemu dengan Dia, maka diajaklah teman untuk berkenalan juga. Siapa tahu bertiga jadi seru.

Sabtu
Aku dan teman sedang menikmati es krim di food court. Menunggu Dia. Teman sudah tidak sabar bagaimana rupanya. Aku menunggu lama. Teman sudah sewot kenapa Aku tidak meminta nomer HPnya.

Setengah jam berlalu dari janji bertemu, teman sudah semakin sewot. Teman mau pulang. Aku kesal. Dia membuat janji, tapi tidak datang. Akhirnya Aku putuskan untuk pulang.

Ketika Aku dan teman hendak beranjak, Aku melihat sosok Dia dari kejauhan. Wajahnya terlihat kesal. Mungkin ada masalah. Aku berteriak memanggilnya, "Hey!!"

Dia datang menghampiri. Wajahku sumringah. Raut teman Aku bingung.

"Kenapa bingung? Ini Dia." Aku kepada teman.

"Siapa? Kamu bicara pada siapa?" tanya teman. Teman bergeser. Kemudian, terlihat cermin wastafel foodcourt
hanya menampilkan bayanganku dan teman.

Sontak, Aku kaget. Aku menatap Dia. Dia tersenyum dan berkata, "Saya hanya mengenal kamu dan butuh kamu."

malam yang panjang






"Kamu pernah malam mingguan?"

bunyi sms darinya malam itu.


Jumat, 9 Oktober 2009
Dia yang awalnya kukenal via jejaring sosial-nya Mark Zuckerberg dan ternyata dia adalah teman SMA-nya hampir semua teman SD saya *rumit*
Kami belum pernah bertemu, tapi sudah mengenal cukup lama. Via sms.

"Gue gak pernah malam mingguan, tugas kuliah banyak banget", balasku.


Selama ini, orang sering bilang malam minggu itu malam yang panjang. Namun bagiku tidak. Setiap Sabtu aku bertugas membersihkan rumah, menyiram tanaman dan mengerjakan tugas kuliah yang berjibun banyaknya. Dan aku merasa Malam Minggu itu malam yang pendek.

Sampai akhirnya aku menemukan seseorang yang bisa membuat Sabtuku terasa lebih panjang.


"Besok malam minggu lho...", smsku terbalas.

Senyumku merekah.

"Ya, tapi tugas DKV masih ribet nih.." balasku cepat.

"Kasian donk gak pernah malam mingguan..."

"Iya nih kasian kan..."


Sabtu, 10 Oktober 2009



Pagi ini wajahku sudah jelek. Jelek banget. Lusuh dan berantakan. Maklum abis berantem sama pompa air yang harus dipancing dulu biar nyala.

Dia tidak sms.

Sampai siang juga tidak sms.

Sabtu yang biasa. Semua berjalan cepat sampai tak sadar sudah pukul 3 sore dan aku harus masih berkutat dengan laptop dan tugas-tugas lain. Sampai akhirnya tiba pukul 6 sore di mana semua burung merpati terbang ke langit menikmati malam.

Dia tidak sms.

Sampai akhirnya, malam itu pukul 20.00
"Maaf ya gak bisa sms seharian, lagi masa tenggang. Kamu lagi apa?", smsnya dengan nomer lain.

Lega rasanya.

"Oh ga kenapa-kenapa. lagi kerjain tugas nih. Ga enak ya? Orang lain pada ngedate", (ini bener-bener sebuah kode)

Sms tidak dibalas.


Aku takut. Apa salah ya smsnya.


Selang beberapa menit,

"Kita pacaran saja yuk?"
Gantian aku yang balas lama.


Biasa ku balas dengan senjata perempuan, "Gak asih ah masa nembaknya pake sms?"

"Biarin. Biar tahun depan anniversary 1 tahun kita tanggal 10-10-10." (Lucu bukan alasannya)


"Oke" Aku tersenyum. Lebar.

Laptop di depan wajahku masih nyala. Entah kekuatan apa, aku merasa bersemangat untuk mengerjakan tugasku.
Ini semua karena smsnya, "Semangat ya"

Benar-benar. Dia benar-benar membuat Sabtuku Lebih Panjang....


:)
Kamis, 29 September 2011

Semanis buah strawberry





Karena mau ikut permainan #15harimenulisdiblog kakak @hurufkecil & @elnaa_ di dunia twitter tentang #ciumanpertama gue memberanikan diri untuk nulis kisah ini *malu* Tapi kalau gak begini, blog gue sama sekali gak keurus.


Kisah #ciumanpertama gue sebenernya agak biasa aja. Kelas 1 SMA. *senyum-senyum* Waktu itu gue masih polos banget. Malem sebelumnya, si pacar sms, "Say, aku boleh cium kamu gak? Di bibir" dan gue balas "Gak ah...Gak boleh" (dalam hati gue sebenernya penasaran dan pengen tapi pikiran gue bilang aduh ntar jadinya gimana ya?)

Esok harinya. Siang hari, hari KAMIS. Gue dijemput seperti biasa dan si pacar ini cuma senyum-senyum. Tiba-tiba diarahkanlah gue bukan pulang ke rumah! Melainkan ke satu tempat yang *ehem* tempat kita duduk-duduk. Suasananya sih dibawah pohon, gak gitu sepi, adem, cocok deh buat orang pacaran.

Selama 15 menit kita ngobrol-ngobrol dan gue lagi makan permen. Tiba-tiba wajah si pacar mendekat dan semakin mendekat dan yang gue lakukan cuma gemeteran dan MEREM! GUE TAKUT! Dan gue gak tahu apa yang dilakukan si pacar karena itu berlangsung lama, saat gue membuka mata, tiba-tiba si pacar tertawa terbahak-bahak setelah lihat ekspresi gue. Gue deg-deg-an, tangan gue dingin, perut terasa aneh dan gak bisa ngomong. Coba? betapa polosnya gue.

Dengan santai si pacar nanya, "Baru pertama kali ya?". Gue mengangguk. Tangan gue masih gemeteran dan semakin dingin (ini ciumannya belum berlangsung lho!) Lalu kepala gue diusap dan tangan gue dielus. Dia bilang, "Yuk pulang"

Kok pulang? Belum selesai kok.

Sepanjang pulang gue cuma diem. Deg-deg-an sih masih. Akhirnya gue ke depan Indomaret (dulu masi bekstrit jadi pulangnya ke Indomaret). Gue turun dari motor, benerin jaket, tiba-tiba dia elus kepala gue, tangan gue dipegang, wajahnya mendekat, semakin mendekaaat, daaaaaan.....


mendaratlah sebuah kecupan kecil di bibir gue yang gemeteran. cuma 2 detik. Lalu dia bilang, "Rasa strawberry, manis."


Aaaaaaaahhhhhhhhhhhhh....... Gue nangis.


Sampe sekarang gue gak tau kenapa dulu gue nangis. Sampe akhirnya sekitar 10 menit si pacar mengelus-ngelus kepala gue sambil senyum-senyum supaya gue diem.

Dan gue nangis sampe besok. -.-


Begitulah kisah gue.

Kecil Tapi Penuh Arti


Beberapa hari yang lalu, gue kena omel mbak-mbak tiket bus TJ. Kenapa? Karena gue bayar tiket pake koin. Lalu gue protes, "Lah mbak kasih kembaliannya juga koin kok." Kemudian si mbak diem.

Emang ada masalah apa sih sama koin? Koin itu emang kecil, nyusahin, dan ribet. Tapi pernah gak sekali-kali lu merasa beruntung karena koin itu?



PRITA
Siapa yang gak tau kasus Prita ini? Dengan hadirnya koin, ia bisa hidup lebih tenang dan bahagia bukan? Dengan kerja sama masyarakat koin yang tadinya hanya 1 - 2 biji menjadi setumpuk, sekarung, seember sehingga butuh orang-orang terpilih untuk menghitungnya.



Ketika lu sadar celengan sudah penuh dan membongkarnya, berapa banyak koin yang ada di sana? Seneng kan? Gue sih seneng banget. Pernah lho sekali bongkar tiba-tiba ada 100 rebu disana!

Apa gak pernah bongkar?

Perlu disadari, setidaknya kita mesti bongkar celengan kita, karna apa? Karena koin makin lama nanti makin langka. Gak mau kan lu pergi belanja ke supermarket, minimarket, pom bensin dan lain-lainnya DIKASIH KEMBALIAN PERMEN? ATAU DIMINTA AGAR DI DONASIKAN?
Bukannya pelit, tapi seringkali gue ketemu tante-tante, ibu-ibu dan kakak-kakak lain protes banget kalo kembaliannya dikasih permen.

Lah kalo udah dapet koin kembalian, jangan cuma disimpen, dimasukin kantong trus gak tau deh ada di mana lagi. Setidaknya masukin aja ke kaleng bekas biskuit, toples selai atau kardus kopi, kemudian pas jumlahnya udah banyak, bisa lu transfer ke bank (dan berbunga) atau tuker di minimarket biar saat lu belanja ke sana gak perlu dikasih kembalian permen.
Selasa, 27 September 2011

Amburadul




Jakarta normal, ya Jakarta MACET.. Kalo udah seperti ini, semua saling salah-salahan. Pengendara mobil bilang salah motor, motor bilang salah angkot ngetem, tapi angkot ngetem ntar nyalahin bajaj... STOP it guys! Waktunya menelaah...



MOTOR
Menurut mata gue, motor di Jakarta banyaknya juga ampun-ampunan. Gue membayangkan setiap lampu merah, motor udah ada di barisan depan, siap tempur. Nah, kenapa banyak pengendara motor? Satu, kredit murah. Dua, lebih cepat nyampe. Apakah kemacetan salah motor? Motor itu sebenarnya punya jalan khusus di jalur lambat, di bagian sebelah kiri. . Tapi kemaren, gue naik metro mini si kenek berkata "Udah bablas aja!! Biarin motor gak bisa lewat!!!". Alhasil, motor akan nyelip (yang bikin pengendara mobil was-was spionnya kenapa-kenapa) dan ngambil trotoar BAHKAN JEMBATAN PENYEBERANGAN (yang bikin pejalan kaki bingung mau tetep jalan atau terbang).


MOBIL
Siapa yang seneng naik mobil? Gue. Pake baju tetep rapi, rambut tetep wangi dan muka tetep indah berseri (kecuali kelamaan ditekuk kalo udah kena macet total). Mobil di Jakarta juga udah rame banget. Apalagi taksi yang udah berbagai macam warna tersedia. Terkadang gue lihat mobil yang agak rancu jalannya deh. Mau dijalur lambat atau cepat. BAHKAN DITENGAH-TENGAH JALAN RAYA! Plis deh jeung, 1 jalan raya bisa 2-3 mobil -.- Adalagi kelakuan aneh pengendara mobil yang merasa jalan raya tempat ngebut, semua mobil disalip. -.-


BUS Transjakarta
Mau salahin bus besar yang satu ini? Jangan harap deh. Hampir kebanyakan penduduk di Jakarta pake bus ini. Enaknya bus ini itu selaen cuma ngabisin 3500 bahkan 2000 sampe jam 7 pagi, rutenya sudah cukup jelas. Sehingga buat orang-orang seperti DORA the EXPLORER yang butuh PETA JAKARTA, nyaman naik bus ini. Tapi, bus ini suka ngambil jalan raya kan? Trus tiba-tiba bunyiin klakson gila-gilaan kan? iya kan? Lah gimana gak, kalo jalurnya aja di ambil sama mobil lain. Trus kadang-kadang ada motor muncul tiba-tiba kayak jin. Ntar kalo nabrak gimana? Nyalahin lagi?


ANGKOT, METRO MINI DAN TEMAN-TEMANNYA
Angkot pasti ngetem. Dia mau cari penumpang. Tapi liat sisi lainnya deh. Buat gue yang suka naik angkot, kadang-kadang angkot kesayangan kita itu jarangnya banget-banget. Nah, gue bersyukur banget kalo tuh angkot masi ngetem 5 menitan. Jadi GUE GAK PERLU NUNGGU LAMA-LAMA DI TEPI JALAN. Jadi, itu angkot ngetem 5 menit buat cari penumpang dan supaya penumpang senang.
Tapi, kalo angkot yang saling nyalip? Karena rebutan setoran? Atau angkot yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan gara2 nurunin penumpang? Eh plis deh, buat para penumpang, terkadang si sopir mau nurunin di halte / trotoar terdekat. Tapi penumpangnya aja yang teriak gak sabaran bilang "KIRI BANGGGG!!! KIRIIIIIII!!!!!!!!"



PEJALAN KAKI & SEPEDA

Terakhir, si pejalan kaki dan Sepeda. Buat pengendara Sepeda, di Jakarta sama aja cari musuh. Tapi gue menghargai. Sangat. Udah cape pake ngos-ngosan, rata-rata pada teratur di kiri jalan (ya iyalah dibanding diklaksonin)
Terkadang si pejalan kaki juga banyak yang gak teratur. Nyebrang sembarangan. Emang jembatan penyeberangan buat motor? Berhentiin taksi/angkot sembarangan. ntar kalo tuuh angkot berhenti di tengah-tengah jalan siapa yang ngomel lagi?


PENUMPANG BUS TransJakarta
Ini yang paling liar. Cakep-cakep bisa jadi bengis kalo lagi nungguin busway. Beberapa masalah yang terjadi:

BUS TJ LAMA : Kalo si busway ntar dateng tiap 5 menit, ntar dilampu merah busway numpuk, trus kena macet gimana? Mau komplen?

BUS TJ GAK TERIMA PENUMPANG PADAHAL MASI ADA TEMPAT KOSONG : Emang penumpang cuma situ aja? Emang ga ada halte lain? Emang penumpang di halte lain gak boleh naik?

Jadi buat para penumpang, coba deh waktu keberangkatannya ditambahin 30 menit lebih awal. Kepagian? Gini deh, berangkat pagi memang susah. Tapi kadang-kadang lebih tenang, nyampe kantor juga bisa lebih pagi, bisa sarapan, atau tidur-tiduran di mushola atau kantin atau tempat lain. Di banding situ marah-marah, ngomong kasar dan muka Anda terlihat ditekuk dengan baju kusut?



Itu semua di atas cuma pemikiran gue. Gak setuju? ya udah. Memang Amburadul Jakarta ini.
Selasa, 04 Januari 2011

Kata Positif


Pada dasarnya manusia tidak menerima kata-kata negatif
kata Bu Nisa, dosen seminar saya beberapa waktu lalu.

Dan itu benar. Ini terbukti ketika saya menerima e-mail dari seseorang yang sangat saya hormati, Beliau mengucapkan kata "Terima Kasih" setelah saya mengirimkan kerjaan (yang menyita waktu istirahat).

Waktu yang lain, saya diperlihatkan sebuah foto dari temannya teman saya. Dia melakukan sebuah penelitian yang landasan teorinya sangat tidak kuat, namun sugestinya kuat sekali.

"eksperimen mengikuti penelitian Dr. Masaru Emoto tentang bagaimana air dapat menangkap energi dari kata-kata."

"percobaan pertama (sekitar tahun 2007, oleh si pelaku penelitian), nasi dalam 2 botol (tanpa air), botol dengan kata 'love' nasinya basi, ada helaian2 tipis seperti sarang laba2, berbulu2, masih putih. botol 'hate' nasinya basi jadi kehitaman. (waktu itu tidak di foto-fotoin)

percobaan kedua: dari awal bulan April. nasi yang sama dimasukan ke air yang sama, dengan plastik yang sama
"






Dua bulan ini saya akan menjalani internship di sebuah perusahaan desain yang job desk-nya sangat tinggi. Rata-rata pegawai pulang minimal jam 7 malam, selalu minum kopi disaat kerja, dan duduk dengan mata menatap layar dari awal jam kantor sampai pulang. Jujur saya tidak betah.

Tujuh hari pertama, dengan euforia yang tinggi, saya masih betah melakukan aktivitas tersebut. Begitu menjalani 1 (satu) bulan, saya tidak betah. Bahkan sampai saya menulis ini saya masih merasakan hal yang sama.

Saat inilah saya butuh kata-kata positif keluar dari mulut atasan saya untuk memacu semangat kerja saya yang semakin lama semakin menurun. Namun, yang saya terima, nihil.
Tapi saya tahu, sebenarnya Beliau orang yang perhatian, baik dan sangat profesional. Suatu hari beliau pasti akan sukses besar. Namun hanya satu yang kurang.

Well, segala macam motivasi yang saya terima dari orang-orang terdekat saya tampung menjadi energi positif sebagai bekal saya di kantor pun tak cukup membangkitkan semangat saya. Sehingga yang saya pikirkan bukan bagaimana saya menyelesaikan pekerjaan ini, tapi bagaimana saya menyelesaikan hari ini.

Namun suatu kali, hari ini, betapa bahagia-nya saya, saat salah satu atasan saya membalas e-mail dengan mengatakan, "Dear, Melisa, thanks ya". Terharu? Ya.

Memang agak lebay,
but, it works

Hello!

Foto Saya
semangkasegar
Aku kangen kamu.
Lihat profil lengkapku

tweet me

Followers