Kami berlarian.
"Kamu curaaaaang!!!", teriak seorang teman laki-laki berbaju merah. Kami menang. Kami berhasil merebut bentengnya.
"Kamu jaga benteng terus! Udah gitu 1 kelompok bertiga lagi. " dumelnya. Maklum, aku jadi anak bawang dikelompok ini.
"Ini taktik namanya!", teman, ketua kelompok bentengku menjawab santai.
"Kita main yang lain!" ucapnya tegas.
"Kita main apa? Jangan susah-susah. Kasian si Mel kan cewek sendiri" kata si ketua.
"Kita masuk ke rumah sebelah yuk!" temanku yang lain memberi usul. Panggil dia si bandel dan adiknya.
"Jangan!" teriakku. Rumah sebelah itu kosong dan biasanya kalau kosong itu angker. Apalagi di sebelah rumah itu ada kuburan kecil. Kuburan bayi.
"Boleh juga!" suara si ketua tanda setuju. Bahaya deh.
Ini sudah jam setengah enam sore. Sudah mau maghrib. Lebih baik pulang. Sebelum papa marah.
Tapi ternyata aku sudah di dalam rumah itu!
Baunya tidak enak. Kami masuk lewat pintu samping. Pintu terbuat dari triplek ini sudah benar-benar rusak. Jadi anak sekecil kami dapat masuk dengan mudah. Kata si ketua, ia sering menemukan benda-benda aneh di dalam rumah ini. Padahal rumah ini sudah kosong sejak lama, tapi barang-barang masih terlihat bagus.
PRAAANG!!!
"Maaf", aku menyenggol sebuah vas bunga tua. "Bagaimana inii..." aku sudah hampir menangis. "Sudah tinggalkan saja, anggap saja kucing yang jatohin.." si ketua menggandeng tanganku.
"Pulang yuk..." ajakku.
"Bentar, kita ke atas dulu, siapa tahu ada barang-barang aneh lagi"
Kami naik tangga ke atas. Baunya pengap. Kami menemukan sebuah kamar yang pintunya tidak tertutup penuh. Teman-temanku sudah ada yang di dalam. Ketika aku memasuki kamar, aku terperangah. Ruangannya wangi dan rapi. Seperti ada penghuninya. Ranjang masih tertata rapi dengan selimut dan bantalnya. Siapa yang datang setiap hari?
"Lihat ada sebuah kotak di sini!" teriak salah satu temanku. "Tapi, dikunci."
"Yuk bawa keluar!" ucap yang lain.
"Eh jangan, nanti yang punya marah." ucapku. Aku takut sekali.
"Sudah bawa sajaaa...." ucap si ketua lalu mengambil kotak itu dari yang lain dan berlari. Kami semua berlari dan selalu, aku yang tertinggal.
Lalu aku melihat sepucuk amplop terselip dibawah selimut. Rasa ingin tahu yang tinggi membuatku membawa amplop itu. Aku membalik amplop tersebut ternyata masih di lem rapat-rapat.
Kami sudah keluar. Persis di depan kuburan bayi. Aku merinding. Teman-temankuku bergantian berusaha membuka kotak tadi. Aku berusaha membuka amplopnya. Ini menempel sekali. Apa ku robek saja ya?
Pelan-pelan kurobek amplopnya, lalu terlihat ada lembaran kecil.
"Eh itu lihat deh aneh banget kuburannya." ucap salah satu temanku. "Masih bayi yah.."
Aku mengeluarkan isi surat itu dan ada pesan tertinggal di dalamnya yang berbunyi,
Jangan sekali-kali kalian mengambil dan membuka kotak itu dan jangan sekali-kali kau menunjuk-nunjuk tempat peristirahatan anakku. Mohon kembalikan seperti sedia kala, atau aku tak bertanggung jawab apa yang terjadi
Nah lho.
0 komentar:
Posting Komentar