Sabtu, 14 Januari 2012

Kisah Negeri Dongeng


Alkisah, terdapat sebuah negeri di mana sinar matahari, burung berkicau, bunga bermekaran, kupu-kupu mengepakkan sayapnya dan peri-peri kecil berkuasa. Salah satunya bernama, Reina. Namun hari ini, Reina tidak seceria biasanya.

"Karena hari ini hujan....., dan ini semua salahku...." ucap Reina dalam hati.
"Reina, berhentilah menyanyi dan menari seperti itu, kau bisa-bisa memanggil badai!", sahut Callisha, kakak pertama Reina. "Kalau begini terus, persiapan untuk musim semi kita bisa batal..."

"Kamu ini aneh sekali, tidak ada satupun peri di sini yang menurunkan hujan dan kilat. Kita ini peri yang mendatangkan sinar matahari dan embun pagi!" sahut Vella, kakak kedua Reina. "Sudah kamu di sini saja, aku akan bantu yang lain.."

Reina hanya bisa duduk termenung, melihat kedua kakaknya dan teman-temannya menyanyi, menari, terbang kesana kemari untuk persiapan musim semi.
"Sepertinya aku tidak cocok di sini..."


***


"Panas sekali hari ini!" sahut Sonne. "Hei Rae, jangan kau mainkan sulingmu lagi!"
Rae tetap memainkan sulingnya, cuek.
"Kau ini, hari ini kita harus menurunkan hujan kau tau? Kalau begini terus kekeringan akan terus merajalela.." gerutu Sonne.
"Haaahhh.. aku pergi saja, aku mau cari tempat supaya bisa bermain suling dengan tenang!" Rae pun pergi meninggalkan Sonne sendirian.


***

"Haaaaah..... Kenapa hujan begini sih?", Rae berusaha mengeluarkan air dari sulingnya. Kemudian ia terbang rendah untuk berteduh.
"Aduuuh!" teriak Reina. Kepalanya terbentur sesuatu.
"Maaf.." Rae bingung. "Kenapa hujan-hujan ada di sini?" Rae mengangkat ranting pohon di depannya.
"Kamu sendiri?" Reina mengusap dahinya.
"Haha, aku baru saja kabur untuk bermain suling, malah terdampar di sini karena hujan.." Rae tertawa.
"Kamu juga benci hujan..." Reina terisak pelan
"Eh... bukaaan.. bukan begitu... Aku Rae, dari negeri hujan." Rae memberikan tangan ke Reina.
"Aku Reina, dari negeri musim semi.."
"Waaa.. maaf seharusnya kamu tidak kehujanan seperti ini ya.. sayapmu ga kenapa-kenapa kan?" Rae panik.
"Tidak, justru aku yang menurunkan hujan seperti ini, Rae." senyum Reina mengembang.

Rae terkejut. Lalu ia menarik Reina dari situ dan membawanya terbang.

"Sayapku juga kuat menghadang hujan. Sepertinya aku peri hujan, saudaraku dan teman-teman sering memandangku.. Padahal aku dilahirkan di musim semi..."

"Aku Rae. Aku bahkan tak bisa menurunkan hujan setetes pun."

"Ayo Reina, kepakkan sayapmu...."


Mereka terbang dan tertawa menuju Negeri Hujan, dan hujan pun turun sejadi-jadinya.
Sonne pun gembira melihat kehadiran Rae. "Kau akhirnya menurunkan hujan Rae!"

"Yaa!" Rae kemudian menggandeng tangan Reina. Mereka bertatapan. "Terima kasih ya."
kecup Rae mendarat di dahi Reina.


"Hei kalian lihat itu!" Sonne berteriak. "Indah sekali..."

Sesuatu muncul dilangit. Bentuknya seperti busur dan berwarna-warni. "Kita harus memberi nama benda itu.." tunjuk Rae.

"Ya..." sahut Reina.


xxx bersambung...

Rabu, 04 Januari 2012

Hadiah Kecil Awal Tahun (dari Tuhan)


31 Desember 2011

Malam pergantian tahun kemarin, saya dan teman-teman SMA berkumpul di rumah teman, Sofian. Alangkah senangnya kami, karena sudah selang setahun kami tak pernah bertemu. Bahkan saya, sudah hampir 2 tahun tak bertemu.

Obrolan kali ini adalah tentang karir kami di kantor masing-masing, tentang pengalaman bekerja di masing-masing perusahaan dan tentang rencana tahun depan. Sungguh tak disangka, lima tahun lalu kami masih berbalut seragam putih-abu-abu, obrolan kami hanya semata "mau kuliah apa" dan "suka sama siapa".

Kami berkumpul di balkon rumah Sofian yang cukup strategis menikmati indahnya kembang api Kelapa Gading. Dengan bekal barbeque, soda dan kentang goreng kami menunggu riuhnya terompet berbunyi, pertanda tahun 2012 dimulai. Waktu luang kami sempatkan untuk mengucapkan 'selamat tahun baru' untuk satu pejuang kami di negeri kangguru. Betapa rindunya dia akan kami dan sebaliknya (banyak terima kasih diucapkan untuk pencipta Skype).

Dan saatnya tiba. Percikan kembang api menghiasi langit kelapa gading kala itu. Riuh terompet pun menyemarakkan suasana. Selamat Tahun Baru Kawan. Kami semua saling bersalaman, cium pipi dan bertepuk tangan. Pesta tiada henti sampai pagi.



1 Januari 2012

Wajah kami bengkak. Semalaman kami tidak tidur. Tapi, semangat tahun baru tetap ada. Setelah beberapa dari kami yang sempat tidur semalam terbangun, kami segera merapikan balkon rumah Sofian bersama. Tak perlu menyikat gigi atau mencuci muka kami menyempatkan untuk berfoto bersama terbitnya matahari yang pertama di 2012.

Pukul 6.00, dengan mata yang tak tertahankan kantuknya, kami bersiap pulang. Tapi langit berkata lain, gerimis datang. Tapi, tak ada sedih yang datang,
karena kami mendapat hadiah kecil dari Tuhan, sebusur pelangi.




Selamat Tahun Baru!

Hello!

Foto Saya
semangkasegar
Aku kangen kamu.
Lihat profil lengkapku

tweet me

Followers