Musim gugur.
Daun jingga berguguran, angin berhembus.
sejuk, agak dingin, kering.
Aku berjalan dalam sepi,
mendendangkan lagu meniru dentingan.
... dan akhirnya kau datang. Senyumku mengembang.
Bagai daun yang ingin jatuh dari rantingnya, hatiku juga (ingin) jatuh, padamu.
Jingga warnanya, aku tersenyum padamu. Berharap.
Kau menawarkan pelukan, untukku. Kau juga berikan suatu yang lain.
Musim gugur yang hangat.
Kita bercanda, kita tertawa, tanpa peduli angin semakin berhembus kencang.
Aku bercerita padamu, kau mendengarkan kisahku.
Aku tertawa, kau tersenyum padaku.
Sungguh indah.
Malam pun sudah tak sama.
Engkau di sana, tapi aku merasakannya di sini. di hati.
Oh Tuhan, apakah ini musim gugur terindah?
Suatu hari, engkau meraih tanganku. Erat.
Kita bergandengan tangan. Kuat.
Kau mau membawaku ke mana?
Aku memandang kejauhan, jalanan sudah menjadi jingga.
Kita melangkah. Kau berikan senyum untukku. Hangat.
Tak kan kulepas.
Tak kusadari musim gugur ini akan berakhir.
Tak sehangat dulu, hanya dingin kurasakan.
Daun semakin kering, menggelap.
Kau juga.
Kau musim gugurku, telah berubah.
jemariku sudah tak kau genggam.
Hatiku telah kau gugurkan, kau biarkan kering.
lalu beku.
Aku benci musim ini.
Sudah tak ada jingga, hanya putih sepanjang pandangan mata.
Senin, 06 Agustus 2012
Kisah Manis Hari Jumat
by
semangkasegar
Hari ini bukan hari biasa. Seharian, mataku sudah cukup lelah harus memandangi layar monitor. Aku angkat tasku dengan penuh semangat, menyambut akhir pekan.
"Gue pulang ya....", senyumku merekah ke rekan kerjaku. "Sampai jumpa besok Senin"
Keluarnya dari sana, aku melangkah pasti menuju halte transjakarta. Kali ini, berbeda dari biasanya, aku memilih halte yang lain. Aku hanya tak ingin mengantri terlalu lama. Pengalaman terakhir mengantri selama 1,5 jam penuh sangat membuang waktu dan menguras tenaga. Maka kupilih halte ini walaupun aku harus berdiri selama 1 jam perjalanan, yang penting lebih cepat sampai.
Karena ini hari Jumat, banyak yang ingin pulang tepat waktu. Halte penuh dengan calon penumpang. Tak perlu kuatir, bus pun datang. Aku terdorong masuk ke bagian belakang bus yang notabene itu area laki-laki. Berjinjit sedikit, berusaha meraih pegangan. Bus pun berangkat.
Baru saja berhenti di satu halte berikutnya, aku menengok ke belakang. Banyak calon penumpang baru yang akan masuk. Oh Tuhan, semoga aku kuat selama satu jam ke depan. Pintu bus terbuka, akhirnya bagaikan zombie kelaparan penumpang-penumpang masuk. Muncul seorang laki-laki muda, terlihat kesal berdiri di sampingku. Ia menengok, aku membuang muka, malu kalau lagi memperhatikan dirinya. Pintu bus tertutup, bus mulai bergerak.
Bus bergoyang ke sana kemari. Karena aku berpegangan dengan tangan kanan, sedangkan dia kedua tangannya bergelayutan, tanpa sengaja lenganku dan lengannya bersentuhan. Ia menengok tapi diam saja. Mau bergeser juga tak bisa.
Karena hanya kemacetan yang terlihat di luar sana atau pemandangan Monas dengan lampu warna-warninya, akhirnya aku malah memperhatikan laki-laki sebelahku. Tubuhnya agak gemuk mengenakan poloshirt biru tua, matanya yang sipit dibingkai manis dengan kacamatanya, potongan rambutnya sangat cocok dengan bentuk wajahnya yang bulat.
"Eh maaf..", ucapku pelan. Baru saja bus transjakarta yang kutumpangi ngerem mendadak. Otomatis, tubuhku bertubrukan dengan tubuhnya. Dia melihatku, diam saja. Aku menarik napas, membuangnya pelan. Lalu, aku memperhatikannya lagi. "Dia siapa ya? Kerja di mana? Mengapa wajahnya begitu kesal?"
... dan ia menoleh padaku. Lagi. dan aku membuang muka. Lagi.
Aku putuskan untuk tidak memperhatikannya. Malu, alasanku. Aku mengarahkan pandanganku ke seorang bapak, yang berdiri di ujung. Kepalanya mengangguk-angguk, matanya sesekali terpejam. Ia mengantuk. Pasti hari ini ia sudah bekerja keras dan ingin pulang cepat, bertemu istri dan anaknya.
Bahuku ditepuk. Olehnya. Laki-laki berpoloshirt biru tadi. Iya, yang disebelahku. Aku menoleh, ia menunjuk kursi kosong di depannya. Meminta agar aku duduk. "Terima kasih, ya". Ia mengangguk. Jadi, sekarang aku duduk berhadapan dengan dirinya yang sedang berdiri. Bus kembali bergerak. Aku jadi memperhatikannya lagi. Dia masih diam saja, memandangi pemandangan di luar bus. "Kesal kenapa sih wajahmu itu?" Dan dia kembali melihat ke arah ku! Oh Tuhan, aku malu.
Bus berhenti. Dia bergerak pelan menuju pintu. Oh dia sudah sampai tujuannya. Semoga dia cepat sampai rumah, istirahat dan kembali ceria. Aku memandangi punggungnya, dan ia menengok ke arahku. Kali ini aku tak membuang muka, tak tersenyum juga. Ia keluar dari bus, berjalan keluar. Aku tersenyum.
"Terima kasih lho, buat bangkunya" . Aku memejamkan mata, perjalananku masih setengah jam lagi. "Semoga kita bertemu lagi ya, saat wajahmu sudah cerah."
"Gue pulang ya....", senyumku merekah ke rekan kerjaku. "Sampai jumpa besok Senin"
Keluarnya dari sana, aku melangkah pasti menuju halte transjakarta. Kali ini, berbeda dari biasanya, aku memilih halte yang lain. Aku hanya tak ingin mengantri terlalu lama. Pengalaman terakhir mengantri selama 1,5 jam penuh sangat membuang waktu dan menguras tenaga. Maka kupilih halte ini walaupun aku harus berdiri selama 1 jam perjalanan, yang penting lebih cepat sampai.
Karena ini hari Jumat, banyak yang ingin pulang tepat waktu. Halte penuh dengan calon penumpang. Tak perlu kuatir, bus pun datang. Aku terdorong masuk ke bagian belakang bus yang notabene itu area laki-laki. Berjinjit sedikit, berusaha meraih pegangan. Bus pun berangkat.
Baru saja berhenti di satu halte berikutnya, aku menengok ke belakang. Banyak calon penumpang baru yang akan masuk. Oh Tuhan, semoga aku kuat selama satu jam ke depan. Pintu bus terbuka, akhirnya bagaikan zombie kelaparan penumpang-penumpang masuk. Muncul seorang laki-laki muda, terlihat kesal berdiri di sampingku. Ia menengok, aku membuang muka, malu kalau lagi memperhatikan dirinya. Pintu bus tertutup, bus mulai bergerak.
Bus bergoyang ke sana kemari. Karena aku berpegangan dengan tangan kanan, sedangkan dia kedua tangannya bergelayutan, tanpa sengaja lenganku dan lengannya bersentuhan. Ia menengok tapi diam saja. Mau bergeser juga tak bisa.
Karena hanya kemacetan yang terlihat di luar sana atau pemandangan Monas dengan lampu warna-warninya, akhirnya aku malah memperhatikan laki-laki sebelahku. Tubuhnya agak gemuk mengenakan poloshirt biru tua, matanya yang sipit dibingkai manis dengan kacamatanya, potongan rambutnya sangat cocok dengan bentuk wajahnya yang bulat.
"Eh maaf..", ucapku pelan. Baru saja bus transjakarta yang kutumpangi ngerem mendadak. Otomatis, tubuhku bertubrukan dengan tubuhnya. Dia melihatku, diam saja. Aku menarik napas, membuangnya pelan. Lalu, aku memperhatikannya lagi. "Dia siapa ya? Kerja di mana? Mengapa wajahnya begitu kesal?"
... dan ia menoleh padaku. Lagi. dan aku membuang muka. Lagi.
Aku putuskan untuk tidak memperhatikannya. Malu, alasanku. Aku mengarahkan pandanganku ke seorang bapak, yang berdiri di ujung. Kepalanya mengangguk-angguk, matanya sesekali terpejam. Ia mengantuk. Pasti hari ini ia sudah bekerja keras dan ingin pulang cepat, bertemu istri dan anaknya.
Bahuku ditepuk. Olehnya. Laki-laki berpoloshirt biru tadi. Iya, yang disebelahku. Aku menoleh, ia menunjuk kursi kosong di depannya. Meminta agar aku duduk. "Terima kasih, ya". Ia mengangguk. Jadi, sekarang aku duduk berhadapan dengan dirinya yang sedang berdiri. Bus kembali bergerak. Aku jadi memperhatikannya lagi. Dia masih diam saja, memandangi pemandangan di luar bus. "Kesal kenapa sih wajahmu itu?" Dan dia kembali melihat ke arah ku! Oh Tuhan, aku malu.
Bus berhenti. Dia bergerak pelan menuju pintu. Oh dia sudah sampai tujuannya. Semoga dia cepat sampai rumah, istirahat dan kembali ceria. Aku memandangi punggungnya, dan ia menengok ke arahku. Kali ini aku tak membuang muka, tak tersenyum juga. Ia keluar dari bus, berjalan keluar. Aku tersenyum.
"Terima kasih lho, buat bangkunya" . Aku memejamkan mata, perjalananku masih setengah jam lagi. "Semoga kita bertemu lagi ya, saat wajahmu sudah cerah."
***
Sabtu, 14 Juli 2012
Mayo's : Thom Yum Zoup
by
semangkasegar
Thom, Yummy dan Zoupy adalah anak Mayo angkatan kedua. Sekarang ketiganya sudah tersebar ke seluruh penjuru mata angin. Thom, si jantan putih paling aktif, hobi banget main tali dan kardus. Yum, si cantik imut-imut dan yang terakhir Zoup, si jantan galak tapi takut-takut. Miss you, all.
Thom & Yum : "Kiss"
Zoup & Yum : "Sleep(y)"
Senin, 14 Mei 2012
Kisah Bersama Copet
by
semangkasegar
Diawali dari membaca kisah fantastis @pipis yang habis menyelamatkan seseorang dari pencopet di Kopaja, saya terpikir untuk bercerita kisah-kisah bersama copet juga (disela-sela kerjaan kantor yang menumpuk).
Kisah Pertama (Angkot M.37 Jurusan Senen - Pulo Gadung)
Waktu itu saya masih SMA hendak pulang dari sekolah ke rumah bersama salah satu teman saya. Saya duduk di barisan 6 (angkot kan ada barisan 4 dan 6 itu lho! Yang 4 deket pintu, yang 6 di belakang supir) urutan 3 dari sopir. Nah, yang dibelakang sopir persis ada bapak-bapak berkemeja coklat rapih sekali! Di sebelahnya itu temannya kemeja putih bawa map segambreng-gambreng, baru disebelah bapak itu saya. Di depan hadapan saya ada mas-mas.
Beberapa lama, ada montir naik bawa dirigen oli, ribet sekali. Lalu, si mas-mas depan saya ini ngajak ngobrol si montir. Saya yang tadinya memperhatikan jalan, jadi teralihkan pembicaraan mereka. Nah di sini dia modusnya! Bapak Kemeja Putih tiba-tiba mapnya berantakan, dia duduk agak-agak riweh, lalu Si Bapak Kemeja Coklat tiba-tiba meraba-raba paha di mana HP ada di kantong sebelah kanan. Aku terkesiap! Lalu saya berteriak dong ke dia, "HP saya!! Hp saya Balikin!!"
Kata si Bapak Kemeja Coklat, "Lho kenapa saya? Jatoh kali neng, kan ditaruh di kantong!" Lalu saya balik bertanya "Kok Bapak tahu, saya taruh di kantong?"
Herannya, satu angkot itu nggak ada yang bantu saya buat cari HP yang entah di mana. Angkot juga masih berjalan. Teman saya langsung takut, saya teriak lagi, "Kalau HP saya belum ketemu, nggak boleh ada yang turun pokoknya". Tidak lama kemudian, ada suara dug! terdengar. Suara HP saya jatuh. Saya segera menengok ke kolong bangku dan gotcha! itu dia HP saya, tepat di bawah bangku si bapak kemeja coklat.
Tiba-tiba hampir semua penumpang turun. Ini dia masa-masa deg-deg-annya. Sisanya tinggal saya dan teman, mas-mas di depan saya, bapak kemeja coklat dan putih. Saya kan duduk jadi paling belakang angkot, si bapak kemeja coklat dan putih persis di belakang sopir, dekat dengan pintu keluar. Jadi, saya tidak bisa keluar. Angkot masih berjalan. Sampai akhirnya kita di Terminal Pulo Gadung, kita turun, si bapak dua ini ngeliatin saya terus. Alhasil, Saya puasa naik angkot M.37 untuk beberapa waktu.
Kisah Kedua (KRL Bekasi - Kota)
Di Kisah kedua ini, saya pergi sama mama. Ceritanya kita mau ke Mangga Dua. Karena kami dari Stasiun Cakung dan KRL sudah penuh sama penumpang, kita berdiri deh. Perjalanan pun berlanjut.
Tiba-tiba di Stasiun Jatinegara, masuk seorang mas-mas kaos hijau bawa-bawa ransel, pakai sepatu olahraga rapih, dan earphone terpasang di telinga. Dia berdiri di sebelah mama.
Dari arah yang lainnya, datanglah seorang mas-mas tukang sapu kereta (yang biasanya akhirnya minta-minta uang ke kita). Pas udah deket ke arah arah saya, tiba-tiba dia berteriak "kecoa... kecoa bu... awas kecoaaa...". Aku yang merasa terganggu, lalu melihat ke arah dia. Dia sibuk membanting-banting sapu seakan-akan mau membunuh kecoa. Lalu aku menengok ke arah mama, dan yang aku lihat adalah mas-mas kaos hijau memasukkan tangannya ke tas mama!! Aku pun ke arah mama, "Kecoanya bukan di tas mama saya mas!!". Mama kaget, lalu mengoceh panjang sekali. Para penumpang yang melihat bersorak dan saya tak tahu deh apa yang terjadi setelah mereka berdua digiring petugas.
Kisah Ketiga (Metro Mini 44 Pulo Gadung - Pulo Gebang)
Kali ini saya pejuang sendiri. Saya duduk tepat di belakang supir memakai tas selempang betty boop merah. Tidak lama datang seorang pria membawa jaket di tangan. Lalu, tiba-tiba saya merasakan sesuatu meraha bagian paha saya (paha saya sudah sering ternoda :[ ). Begitu saya melihat ke arah dia, ternyata tas saya sudah terbuka setengah resletingnya! Lalu saya mengangkat tas saya dan menutup resletingnya di depan hadapannya, sambil senyum. Hehe. Lalu dia terlihat gelisah dan pindah duduk ke belakang. Saya memandangi dari cermin yang ada di atas sopir.
Terlihat dicermin si pria berdiri di pintu dekat kondektur. Lalu, seorang ibu yang duduk paling belakang pindah ke arah depan, lalu berbisik ke mbak yang duduk di depannya. Segera si mbak mendekap tas tangannya. Kemudian seorang pria lain berdiri dan pindah duduk ke samping mbak-mbak itu. Kemudian, ada ibu-ibu lain yang disebelah mbak-mbak pindah duduk ke belakangnya. #kusut
Intinya, ada 3 pencopet di sana. Dan ketiganya gagal, turun dari Metro Mini tersebut. Si Sopir yang mengetahui kejadian itu menghentikan busnya lalu bertanya kepada saya, "Ada yang hilang nggak?"
Ibu di belakang saya bingung, dan saya menjelaskan bahwa pria di sebelah saya itu copet. Lalu dua ibu yang pindah tempat duduk juga cerita bahwa dia duduk di sebelah copet juga. Tapi untung, tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya masih ada kisah lain saya bersama copet. Ada modus pura-pura sakit, pura-pura nanya jalan, pura-pura menawarkan tempat duduk, mau muntah, mau pingsan dan lain-lainnya. (--") Saya hanya bisa share di sini, supaya yang lain bisa lebih waspada.
With love,
@semangkasegar
Kisah Pertama (Angkot M.37 Jurusan Senen - Pulo Gadung)
Waktu itu saya masih SMA hendak pulang dari sekolah ke rumah bersama salah satu teman saya. Saya duduk di barisan 6 (angkot kan ada barisan 4 dan 6 itu lho! Yang 4 deket pintu, yang 6 di belakang supir) urutan 3 dari sopir. Nah, yang dibelakang sopir persis ada bapak-bapak berkemeja coklat rapih sekali! Di sebelahnya itu temannya kemeja putih bawa map segambreng-gambreng, baru disebelah bapak itu saya. Di depan hadapan saya ada mas-mas.
Beberapa lama, ada montir naik bawa dirigen oli, ribet sekali. Lalu, si mas-mas depan saya ini ngajak ngobrol si montir. Saya yang tadinya memperhatikan jalan, jadi teralihkan pembicaraan mereka. Nah di sini dia modusnya! Bapak Kemeja Putih tiba-tiba mapnya berantakan, dia duduk agak-agak riweh, lalu Si Bapak Kemeja Coklat tiba-tiba meraba-raba paha di mana HP ada di kantong sebelah kanan. Aku terkesiap! Lalu saya berteriak dong ke dia, "HP saya!! Hp saya Balikin!!"
Kata si Bapak Kemeja Coklat, "Lho kenapa saya? Jatoh kali neng, kan ditaruh di kantong!" Lalu saya balik bertanya "Kok Bapak tahu, saya taruh di kantong?"
Herannya, satu angkot itu nggak ada yang bantu saya buat cari HP yang entah di mana. Angkot juga masih berjalan. Teman saya langsung takut, saya teriak lagi, "Kalau HP saya belum ketemu, nggak boleh ada yang turun pokoknya". Tidak lama kemudian, ada suara dug! terdengar. Suara HP saya jatuh. Saya segera menengok ke kolong bangku dan gotcha! itu dia HP saya, tepat di bawah bangku si bapak kemeja coklat.
Tiba-tiba hampir semua penumpang turun. Ini dia masa-masa deg-deg-annya. Sisanya tinggal saya dan teman, mas-mas di depan saya, bapak kemeja coklat dan putih. Saya kan duduk jadi paling belakang angkot, si bapak kemeja coklat dan putih persis di belakang sopir, dekat dengan pintu keluar. Jadi, saya tidak bisa keluar. Angkot masih berjalan. Sampai akhirnya kita di Terminal Pulo Gadung, kita turun, si bapak dua ini ngeliatin saya terus. Alhasil, Saya puasa naik angkot M.37 untuk beberapa waktu.
Kisah Kedua (KRL Bekasi - Kota)
Di Kisah kedua ini, saya pergi sama mama. Ceritanya kita mau ke Mangga Dua. Karena kami dari Stasiun Cakung dan KRL sudah penuh sama penumpang, kita berdiri deh. Perjalanan pun berlanjut.
Tiba-tiba di Stasiun Jatinegara, masuk seorang mas-mas kaos hijau bawa-bawa ransel, pakai sepatu olahraga rapih, dan earphone terpasang di telinga. Dia berdiri di sebelah mama.
Dari arah yang lainnya, datanglah seorang mas-mas tukang sapu kereta (yang biasanya akhirnya minta-minta uang ke kita). Pas udah deket ke arah arah saya, tiba-tiba dia berteriak "kecoa... kecoa bu... awas kecoaaa...". Aku yang merasa terganggu, lalu melihat ke arah dia. Dia sibuk membanting-banting sapu seakan-akan mau membunuh kecoa. Lalu aku menengok ke arah mama, dan yang aku lihat adalah mas-mas kaos hijau memasukkan tangannya ke tas mama!! Aku pun ke arah mama, "Kecoanya bukan di tas mama saya mas!!". Mama kaget, lalu mengoceh panjang sekali. Para penumpang yang melihat bersorak dan saya tak tahu deh apa yang terjadi setelah mereka berdua digiring petugas.
Kisah Ketiga (Metro Mini 44 Pulo Gadung - Pulo Gebang)
Kali ini saya pejuang sendiri. Saya duduk tepat di belakang supir memakai tas selempang betty boop merah. Tidak lama datang seorang pria membawa jaket di tangan. Lalu, tiba-tiba saya merasakan sesuatu meraha bagian paha saya (paha saya sudah sering ternoda :[ ). Begitu saya melihat ke arah dia, ternyata tas saya sudah terbuka setengah resletingnya! Lalu saya mengangkat tas saya dan menutup resletingnya di depan hadapannya, sambil senyum. Hehe. Lalu dia terlihat gelisah dan pindah duduk ke belakang. Saya memandangi dari cermin yang ada di atas sopir.
Terlihat dicermin si pria berdiri di pintu dekat kondektur. Lalu, seorang ibu yang duduk paling belakang pindah ke arah depan, lalu berbisik ke mbak yang duduk di depannya. Segera si mbak mendekap tas tangannya. Kemudian seorang pria lain berdiri dan pindah duduk ke samping mbak-mbak itu. Kemudian, ada ibu-ibu lain yang disebelah mbak-mbak pindah duduk ke belakangnya. #kusut
Intinya, ada 3 pencopet di sana. Dan ketiganya gagal, turun dari Metro Mini tersebut. Si Sopir yang mengetahui kejadian itu menghentikan busnya lalu bertanya kepada saya, "Ada yang hilang nggak?"
Ibu di belakang saya bingung, dan saya menjelaskan bahwa pria di sebelah saya itu copet. Lalu dua ibu yang pindah tempat duduk juga cerita bahwa dia duduk di sebelah copet juga. Tapi untung, tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya masih ada kisah lain saya bersama copet. Ada modus pura-pura sakit, pura-pura nanya jalan, pura-pura menawarkan tempat duduk, mau muntah, mau pingsan dan lain-lainnya. (--") Saya hanya bisa share di sini, supaya yang lain bisa lebih waspada.
With love,
@semangkasegar
Kamis, 10 Mei 2012
sebuah doa
by
semangkasegar
semoga hidup ini
kulalui dengan hati yang seterang bintang-bintang...
indah bertaburan..
tanpa kecewa, amarah, prasangka,
dan semoga selalu
kujalani perintahmu Tuhan...
bimbinglah diriku...
penuh kasih ya Maha Pengasih
doaku selalu....
Aku Beranjak Dewasa - Sherina
kulalui dengan hati yang seterang bintang-bintang...
indah bertaburan..
tanpa kecewa, amarah, prasangka,
dan semoga selalu
kujalani perintahmu Tuhan...
bimbinglah diriku...
penuh kasih ya Maha Pengasih
doaku selalu....
Aku Beranjak Dewasa - Sherina
Selasa, 01 Mei 2012
laki-laki & perempuan dalam sebuah adat
by
semangkasegar
Beberapa waktu ini, sudah 3 kali aku menuang air minum ke gelas minuman laki-laki. Entah kenapa, ketiganya selalu memandang dengan tanda tanya dan berkata, "Lah kan gue bisa langsung minum dari gelas elo"
diriku tersenyum.
Di adat keluargaku (dulu dan mungkin sekarang), laki-laki itu (terutama bapak) sebaiknya tidak minum dari gelas perempuan. Tapi si perempuan tidak masalah kalau minum dari gelas laki-laki. Kenapa?
Karena, cuma secara simbolis aja sih, laki-laki itu yang menafkahi perempuan, jadi maksudnya biar nggak 'pamali' aja, si laki-laki nggak bergantung sama perempuan (segi materi yaa... )
Terus kalau perempuan boleh minum dari gelas laki-laki artinya bergantung gitu? Nggak kok, kalau dipandangan keluarga gue, maksudnya bagaimana kita sebagai perempuan itu menghargai jerih payah laki-laki. Karena kita juga gak diharuskan untuk selalu minum dari gelas (bekas) laki-laki kok. Keputusan kita sendiri kan yang mau minum langsung atau ambil gelas baru?
Yah, ini sih cuman contoh kecil aja, dan cuma untuk di share aja. Mungkin ada beberapa orang yang bingung sama hal-hal kecil (remeh) yang sering diriku lakukan. Karena pada intinya, laki-laki dan perempuan itu akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, saling menghargai dan menghormati sesuai kaedahnya.
with love *hug & kiss*
-semangka-
diriku tersenyum.
Di adat keluargaku (dulu dan mungkin sekarang), laki-laki itu (terutama bapak) sebaiknya tidak minum dari gelas perempuan. Tapi si perempuan tidak masalah kalau minum dari gelas laki-laki. Kenapa?
Karena, cuma secara simbolis aja sih, laki-laki itu yang menafkahi perempuan, jadi maksudnya biar nggak 'pamali' aja, si laki-laki nggak bergantung sama perempuan (segi materi yaa... )
Terus kalau perempuan boleh minum dari gelas laki-laki artinya bergantung gitu? Nggak kok, kalau dipandangan keluarga gue, maksudnya bagaimana kita sebagai perempuan itu menghargai jerih payah laki-laki. Karena kita juga gak diharuskan untuk selalu minum dari gelas (bekas) laki-laki kok. Keputusan kita sendiri kan yang mau minum langsung atau ambil gelas baru?
Yah, ini sih cuman contoh kecil aja, dan cuma untuk di share aja. Mungkin ada beberapa orang yang bingung sama hal-hal kecil (remeh) yang sering diriku lakukan. Karena pada intinya, laki-laki dan perempuan itu akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, saling menghargai dan menghormati sesuai kaedahnya.
with love *hug & kiss*
-semangka-
Selasa, 24 April 2012
mendengarkan lagu tentang kita
by
semangkasegar
Pagi ini,
secara tidak sengaja, aku memutar,
lagu yang mengingatkan aku,
tentang kamu.
Aku pun jadi ingat,
ingat sebuah kisah.
tentang kamu.
Namun,
Ada yang berubah kali ini.
lagu ceria ini terdengar sendu.
tak seceria dulu.
Kamu sebuah asa,
memberikan harapan.
Tapi pada akhirnya,
asa itu akhirnya pudar.
dan aku hanya berharap
bisa mendengarkan
mendengarkan lagu tentang kita
suatu hari nanti.
secara tidak sengaja, aku memutar,
lagu yang mengingatkan aku,
tentang kamu.
Aku pun jadi ingat,
ingat sebuah kisah.
tentang kamu.
Namun,
Ada yang berubah kali ini.
lagu ceria ini terdengar sendu.
tak seceria dulu.
Kamu sebuah asa,
memberikan harapan.
Tapi pada akhirnya,
asa itu akhirnya pudar.
dan aku hanya berharap
bisa mendengarkan
mendengarkan lagu tentang kita
suatu hari nanti.
Kamis, 19 April 2012
rindu waktu itu
by
semangkasegar
Hai kamu, apa kabar?
masih ingat aku?
Aku ingin memberi tahu, bahwa aku rindu. rindu waktu itu.
Waktu itu, kamu masih menyempatkan mengirimkan senyummu untukku.
dan waktu itu, kamu masih suka bertukar cerita padaku.
Kamu masih ingat ceritaku?
Aku masih ingat. ceritamu.
Hai kamu,
apakah kamu juga rindu waktu itu?
aku sangat. sangat rindu.
aku rindu, bahkan aku ingin memutar waktuku.
kembali ke waktu itu.
lalu ku ulang-ulang lagi.
agar tetap melihat senyum dan ceritamu yang kamu bagi untukku.
Hai kamu,
sekarang di mana?
aku rindu.
aku rindu kamu waktu itu.
masih ingat aku?
Aku ingin memberi tahu, bahwa aku rindu. rindu waktu itu.
Waktu itu, kamu masih menyempatkan mengirimkan senyummu untukku.
dan waktu itu, kamu masih suka bertukar cerita padaku.
Kamu masih ingat ceritaku?
Aku masih ingat. ceritamu.
Hai kamu,
apakah kamu juga rindu waktu itu?
aku sangat. sangat rindu.
aku rindu, bahkan aku ingin memutar waktuku.
kembali ke waktu itu.
lalu ku ulang-ulang lagi.
agar tetap melihat senyum dan ceritamu yang kamu bagi untukku.
Hai kamu,
sekarang di mana?
aku rindu.
aku rindu kamu waktu itu.
Kamis, 12 April 2012
for once in my life
by
semangkasegar
For once in my life
I have someone who needs me
Someone I've needed so long
For once, unafraid,
I can go where life leads me
And somehow I know I'll be strong
For once I can touch
what my heart used to dream of
Long before I knew
Someone warm like you
Would make my dreams come true
For once in my life
I won't let sorrow hurt me
Not like it's hurt me before
For once, I have something
I know won't desert me
I'm not alone anymore
For once, I can say, this is mine, you can't take it
As long as I know I have love, I can make it
For once in my life,
I have someone who needs me
For Once in My Life - Frank Sinatra
Sekali lagi,
sebuah lagu terngiang-ngiang di kepalaku.
Lagunya enak,
liriknya juga bagus.
Berharap kamu, yang menyanyikan untukku.
I have someone who needs me
Someone I've needed so long
For once, unafraid,
I can go where life leads me
And somehow I know I'll be strong
For once I can touch
what my heart used to dream of
Long before I knew
Someone warm like you
Would make my dreams come true
For once in my life
I won't let sorrow hurt me
Not like it's hurt me before
For once, I have something
I know won't desert me
I'm not alone anymore
For once, I can say, this is mine, you can't take it
As long as I know I have love, I can make it
For once in my life,
I have someone who needs me
For Once in My Life - Frank Sinatra
Sekali lagi,
sebuah lagu terngiang-ngiang di kepalaku.
Lagunya enak,
liriknya juga bagus.
Berharap kamu, yang menyanyikan untukku.
Senin, 19 Maret 2012
Apakah ini tandanya ya Tuhan, semoga kau lancarkan jalannya...
by
semangkasegar
Tuhan, apakah ini tandanya?
Jika setiap aku melihat namanya aku tersenyum bahagia.
Tuhan apakah ini tandanya?
Jika setiap kulihat punggungnya, aku ingin menyentuhnya.
Tuhan apakah ini tandanya?
Jika mendengar suaranya datang, jantungku berdetak tak karuan.
Tuhan, apakah ini tandanya?
ketika aku tahu gayung yang tak bersambut,
ketika aku tahu ia terlalu jauh,
ketika aku tahu ia tak sadar akan diriku,
dan pada akhirnya,
aku yang harus menjauh...
Tapi,
Tuhan, apakah ini tandanya,
ketika aku sedang berusaha,
Kenapa bayangannya tetap selalu datang?
Apakah ini tandanya ya Tuhan, semoga kau lancarkan jalannya...
Jika setiap aku melihat namanya aku tersenyum bahagia.
Tuhan apakah ini tandanya?
Jika setiap kulihat punggungnya, aku ingin menyentuhnya.
Tuhan apakah ini tandanya?
Jika mendengar suaranya datang, jantungku berdetak tak karuan.
Tuhan, apakah ini tandanya?
ketika aku tahu gayung yang tak bersambut,
ketika aku tahu ia terlalu jauh,
ketika aku tahu ia tak sadar akan diriku,
dan pada akhirnya,
aku yang harus menjauh...
Tapi,
Tuhan, apakah ini tandanya,
ketika aku sedang berusaha,
Kenapa bayangannya tetap selalu datang?
Apakah ini tandanya ya Tuhan, semoga kau lancarkan jalannya...
Kamis, 15 Maret 2012
semua pasti akan ada jalan keluarnya...
by
semangkasegar
Beberapa hari ini, aku mendengar beberapa masalah yang terjadi pada teman-teman adikku. Masalahnya cukup parah, karena itu aku terkadang sangat merasa bersyukur telah diberi jalan seperti ini.
Setahun yang lalu, persis tanggal 14 Maret 2011, aku mendapat masalah yang menurutku cukup besar. Laptopku hilang dan aku sedang menjalankan skripsi. Semua perasaan takut, kalut, marah dan sedih tercampur jadi satu. Apalagi ketika aku harus memberitahu ibuku. Banyak hal terlintas di benakku, mengundurkan diri untuk tidak ikut skripsi, mencari uang dan membeli laptop sendiri? atau haruskah aku merajuk pada ibuku untuk membelikan laptop baru?
Aku selalu bertanya dalam hati, "Kenapa Tuhan selalu memberi aku masalah?"
dan saat itu juga aku mendapat nasihat, agar aku selalu berdoa, "Tuhan tetap berikanlah aku kekuatan agar dapat menemukan jalan keluarnya, sendiri"
Masalah pun tidak berhenti begitu saja. Aku yang dilihat sebagai seseorang yang kecil, terlihat ceria sekalipun juga pasti mendapat porsi yang sama. Aku terlalu banyak diam, sangat jarang aku berbagi. Memutuskan menanggung semuanya di pundakku. Karena itu aku pun takut menjadi seorang dewasa.
"Bertambah usia itu keharusan, menjadi dewasa itu pilihan" - sebuah kalimat cukup menyentil diriku suatu hari.
Hari ini,
aku sudah cukup bahagia dengan keadaan sekarang. Keadaan di mana masalah itu akan tetap datang silih berganti. Walaupun air mata akan tetap selalu keluar namun aku tetap yakin akan ada senyuman sebagai penutupnya. Aku akan tetap belajar, menjadi seorang dewasa.
Karena, semua pasti akan ada jalan keluarnya...
Setahun yang lalu, persis tanggal 14 Maret 2011, aku mendapat masalah yang menurutku cukup besar. Laptopku hilang dan aku sedang menjalankan skripsi. Semua perasaan takut, kalut, marah dan sedih tercampur jadi satu. Apalagi ketika aku harus memberitahu ibuku. Banyak hal terlintas di benakku, mengundurkan diri untuk tidak ikut skripsi, mencari uang dan membeli laptop sendiri? atau haruskah aku merajuk pada ibuku untuk membelikan laptop baru?
Aku selalu bertanya dalam hati, "Kenapa Tuhan selalu memberi aku masalah?"
dan saat itu juga aku mendapat nasihat, agar aku selalu berdoa, "Tuhan tetap berikanlah aku kekuatan agar dapat menemukan jalan keluarnya, sendiri"
Masalah pun tidak berhenti begitu saja. Aku yang dilihat sebagai seseorang yang kecil, terlihat ceria sekalipun juga pasti mendapat porsi yang sama. Aku terlalu banyak diam, sangat jarang aku berbagi. Memutuskan menanggung semuanya di pundakku. Karena itu aku pun takut menjadi seorang dewasa.
"Bertambah usia itu keharusan, menjadi dewasa itu pilihan" - sebuah kalimat cukup menyentil diriku suatu hari.
Hari ini,
aku sudah cukup bahagia dengan keadaan sekarang. Keadaan di mana masalah itu akan tetap datang silih berganti. Walaupun air mata akan tetap selalu keluar namun aku tetap yakin akan ada senyuman sebagai penutupnya. Aku akan tetap belajar, menjadi seorang dewasa.
Karena, semua pasti akan ada jalan keluarnya...
Hei, Kamu.
by
semangkasegar
Hei kamu,
Masih ingatkah kapan terakhir kita bercengkrama? Waktu itu.
Hei kamu,
Yang pada akhirnya aku selalu memperhatikanmu dari jauh.
Hei kamu,
Tak sadarkah kamu bahwa aku selalu tersenyum melihatmu.
Hei kamu,
Kenapa tak pernah kau rasa?
Aku di sini,
semoga kamu mendengarnya.
Masih ingatkah kapan terakhir kita bercengkrama? Waktu itu.
Hei kamu,
Yang pada akhirnya aku selalu memperhatikanmu dari jauh.
Hei kamu,
Tak sadarkah kamu bahwa aku selalu tersenyum melihatmu.
Hei kamu,
Kenapa tak pernah kau rasa?
Aku di sini,
semoga kamu mendengarnya.
Selasa, 13 Maret 2012
Alkisah si Laki - Laki Senin
by
semangkasegar
Aku tak tahu dia di mana sekarang. Rasa-rasanya juga sudah lupa bagaimana rupanya. Terakhir yang kudengar darinya hanya 1 kata, "permisi.."
Waktu itu, aku dan dia dalam 1 antrian bus transjakarta. Tak lama kemudian bus datang, kami segera masuk. Dia dapat tempat duduk dan aku berdiri. Eits, ini bukan sinetron yang tiba-tiba dia berdiri dan berkata, "Hai kamu, duduk saja.."
Dia duduk di situ, aku berdiri tepat di depannya. Dia tidur, aku memperhatikan sebentar. Sebentar saja. Raut wajahnya lelah sekali.Ternyata, seperti inilah si laki-laki Senin.
Bus kami sudah mau sampai. Aku pun mengubah posisi untuk bersiap. Dia terbangun, kaget sekali. Sepertinya tidurnya lelap. Lalu ia berdiri dan berbaris di belakangku.
Karena terburu-buru ia pun mengeluarkan suaranya, "permisi... permisi..."
Aku membuka jalan untuknya. Dia melewatiku, terburu-buru. Wahai laki-laki Senin, lain kali muncul saja di hari Senin. Jangan dihari lain.
Waktu itu, aku dan dia dalam 1 antrian bus transjakarta. Tak lama kemudian bus datang, kami segera masuk. Dia dapat tempat duduk dan aku berdiri. Eits, ini bukan sinetron yang tiba-tiba dia berdiri dan berkata, "Hai kamu, duduk saja.."
Dia duduk di situ, aku berdiri tepat di depannya. Dia tidur, aku memperhatikan sebentar. Sebentar saja. Raut wajahnya lelah sekali.Ternyata, seperti inilah si laki-laki Senin.
Bus kami sudah mau sampai. Aku pun mengubah posisi untuk bersiap. Dia terbangun, kaget sekali. Sepertinya tidurnya lelap. Lalu ia berdiri dan berbaris di belakangku.
Karena terburu-buru ia pun mengeluarkan suaranya, "permisi... permisi..."
Aku membuka jalan untuknya. Dia melewatiku, terburu-buru. Wahai laki-laki Senin, lain kali muncul saja di hari Senin. Jangan dihari lain.
Sabtu, 14 Januari 2012
Kisah Negeri Dongeng
by
semangkasegar
Alkisah, terdapat sebuah negeri di mana sinar matahari, burung berkicau, bunga bermekaran, kupu-kupu mengepakkan sayapnya dan peri-peri kecil berkuasa. Salah satunya bernama, Reina. Namun hari ini, Reina tidak seceria biasanya.
"Karena hari ini hujan....., dan ini semua salahku...." ucap Reina dalam hati.
"Reina, berhentilah menyanyi dan menari seperti itu, kau bisa-bisa memanggil badai!", sahut Callisha, kakak pertama Reina. "Kalau begini terus, persiapan untuk musim semi kita bisa batal..."
"Kamu ini aneh sekali, tidak ada satupun peri di sini yang menurunkan hujan dan kilat. Kita ini peri yang mendatangkan sinar matahari dan embun pagi!" sahut Vella, kakak kedua Reina. "Sudah kamu di sini saja, aku akan bantu yang lain.."
Reina hanya bisa duduk termenung, melihat kedua kakaknya dan teman-temannya menyanyi, menari, terbang kesana kemari untuk persiapan musim semi.
"Sepertinya aku tidak cocok di sini..."
***
"Panas sekali hari ini!" sahut Sonne. "Hei Rae, jangan kau mainkan sulingmu lagi!"
Rae tetap memainkan sulingnya, cuek.
"Kau ini, hari ini kita harus menurunkan hujan kau tau? Kalau begini terus kekeringan akan terus merajalela.." gerutu Sonne.
"Haaahhh.. aku pergi saja, aku mau cari tempat supaya bisa bermain suling dengan tenang!" Rae pun pergi meninggalkan Sonne sendirian.
***
"Haaaaah..... Kenapa hujan begini sih?", Rae berusaha mengeluarkan air dari sulingnya. Kemudian ia terbang rendah untuk berteduh.
"Aduuuh!" teriak Reina. Kepalanya terbentur sesuatu.
"Maaf.." Rae bingung. "Kenapa hujan-hujan ada di sini?" Rae mengangkat ranting pohon di depannya.
"Kamu sendiri?" Reina mengusap dahinya.
"Haha, aku baru saja kabur untuk bermain suling, malah terdampar di sini karena hujan.." Rae tertawa.
"Kamu juga benci hujan..." Reina terisak pelan
"Eh... bukaaan.. bukan begitu... Aku Rae, dari negeri hujan." Rae memberikan tangan ke Reina.
"Aku Reina, dari negeri musim semi.."
"Waaa.. maaf seharusnya kamu tidak kehujanan seperti ini ya.. sayapmu ga kenapa-kenapa kan?" Rae panik.
"Tidak, justru aku yang menurunkan hujan seperti ini, Rae." senyum Reina mengembang.
Rae terkejut. Lalu ia menarik Reina dari situ dan membawanya terbang.
"Sayapku juga kuat menghadang hujan. Sepertinya aku peri hujan, saudaraku dan teman-teman sering memandangku.. Padahal aku dilahirkan di musim semi..."
"Aku Rae. Aku bahkan tak bisa menurunkan hujan setetes pun."
"Ayo Reina, kepakkan sayapmu...."
Mereka terbang dan tertawa menuju Negeri Hujan, dan hujan pun turun sejadi-jadinya.
Sonne pun gembira melihat kehadiran Rae. "Kau akhirnya menurunkan hujan Rae!"
"Yaa!" Rae kemudian menggandeng tangan Reina. Mereka bertatapan. "Terima kasih ya."
kecup Rae mendarat di dahi Reina.
"Hei kalian lihat itu!" Sonne berteriak. "Indah sekali..."
Sesuatu muncul dilangit. Bentuknya seperti busur dan berwarna-warni. "Kita harus memberi nama benda itu.." tunjuk Rae.
"Ya..." sahut Reina.
xxx bersambung...
"Karena hari ini hujan....., dan ini semua salahku...." ucap Reina dalam hati.
"Reina, berhentilah menyanyi dan menari seperti itu, kau bisa-bisa memanggil badai!", sahut Callisha, kakak pertama Reina. "Kalau begini terus, persiapan untuk musim semi kita bisa batal..."
"Kamu ini aneh sekali, tidak ada satupun peri di sini yang menurunkan hujan dan kilat. Kita ini peri yang mendatangkan sinar matahari dan embun pagi!" sahut Vella, kakak kedua Reina. "Sudah kamu di sini saja, aku akan bantu yang lain.."
Reina hanya bisa duduk termenung, melihat kedua kakaknya dan teman-temannya menyanyi, menari, terbang kesana kemari untuk persiapan musim semi.
"Sepertinya aku tidak cocok di sini..."
***
"Panas sekali hari ini!" sahut Sonne. "Hei Rae, jangan kau mainkan sulingmu lagi!"
Rae tetap memainkan sulingnya, cuek.
"Kau ini, hari ini kita harus menurunkan hujan kau tau? Kalau begini terus kekeringan akan terus merajalela.." gerutu Sonne.
"Haaahhh.. aku pergi saja, aku mau cari tempat supaya bisa bermain suling dengan tenang!" Rae pun pergi meninggalkan Sonne sendirian.
***
"Haaaaah..... Kenapa hujan begini sih?", Rae berusaha mengeluarkan air dari sulingnya. Kemudian ia terbang rendah untuk berteduh.
"Aduuuh!" teriak Reina. Kepalanya terbentur sesuatu.
"Maaf.." Rae bingung. "Kenapa hujan-hujan ada di sini?" Rae mengangkat ranting pohon di depannya.
"Kamu sendiri?" Reina mengusap dahinya.
"Haha, aku baru saja kabur untuk bermain suling, malah terdampar di sini karena hujan.." Rae tertawa.
"Kamu juga benci hujan..." Reina terisak pelan
"Eh... bukaaan.. bukan begitu... Aku Rae, dari negeri hujan." Rae memberikan tangan ke Reina.
"Aku Reina, dari negeri musim semi.."
"Waaa.. maaf seharusnya kamu tidak kehujanan seperti ini ya.. sayapmu ga kenapa-kenapa kan?" Rae panik.
"Tidak, justru aku yang menurunkan hujan seperti ini, Rae." senyum Reina mengembang.
Rae terkejut. Lalu ia menarik Reina dari situ dan membawanya terbang.
"Sayapku juga kuat menghadang hujan. Sepertinya aku peri hujan, saudaraku dan teman-teman sering memandangku.. Padahal aku dilahirkan di musim semi..."
"Aku Rae. Aku bahkan tak bisa menurunkan hujan setetes pun."
"Ayo Reina, kepakkan sayapmu...."
Mereka terbang dan tertawa menuju Negeri Hujan, dan hujan pun turun sejadi-jadinya.
Sonne pun gembira melihat kehadiran Rae. "Kau akhirnya menurunkan hujan Rae!"
"Yaa!" Rae kemudian menggandeng tangan Reina. Mereka bertatapan. "Terima kasih ya."
kecup Rae mendarat di dahi Reina.
"Hei kalian lihat itu!" Sonne berteriak. "Indah sekali..."
Sesuatu muncul dilangit. Bentuknya seperti busur dan berwarna-warni. "Kita harus memberi nama benda itu.." tunjuk Rae.
"Ya..." sahut Reina.
xxx bersambung...
Rabu, 04 Januari 2012
Hadiah Kecil Awal Tahun (dari Tuhan)
by
semangkasegar
31 Desember 2011
Malam pergantian tahun kemarin, saya dan teman-teman SMA berkumpul di rumah teman, Sofian. Alangkah senangnya kami, karena sudah selang setahun kami tak pernah bertemu. Bahkan saya, sudah hampir 2 tahun tak bertemu.
Obrolan kali ini adalah tentang karir kami di kantor masing-masing, tentang pengalaman bekerja di masing-masing perusahaan dan tentang rencana tahun depan. Sungguh tak disangka, lima tahun lalu kami masih berbalut seragam putih-abu-abu, obrolan kami hanya semata "mau kuliah apa" dan "suka sama siapa".
Kami berkumpul di balkon rumah Sofian yang cukup strategis menikmati indahnya kembang api Kelapa Gading. Dengan bekal barbeque, soda dan kentang goreng kami menunggu riuhnya terompet berbunyi, pertanda tahun 2012 dimulai. Waktu luang kami sempatkan untuk mengucapkan 'selamat tahun baru' untuk satu pejuang kami di negeri kangguru. Betapa rindunya dia akan kami dan sebaliknya (banyak terima kasih diucapkan untuk pencipta Skype).
Dan saatnya tiba. Percikan kembang api menghiasi langit kelapa gading kala itu. Riuh terompet pun menyemarakkan suasana. Selamat Tahun Baru Kawan. Kami semua saling bersalaman, cium pipi dan bertepuk tangan. Pesta tiada henti sampai pagi.
1 Januari 2012
Wajah kami bengkak. Semalaman kami tidak tidur. Tapi, semangat tahun baru tetap ada. Setelah beberapa dari kami yang sempat tidur semalam terbangun, kami segera merapikan balkon rumah Sofian bersama. Tak perlu menyikat gigi atau mencuci muka kami menyempatkan untuk berfoto bersama terbitnya matahari yang pertama di 2012.
Pukul 6.00, dengan mata yang tak tertahankan kantuknya, kami bersiap pulang. Tapi langit berkata lain, gerimis datang. Tapi, tak ada sedih yang datang,
Selamat Tahun Baru!
Malam pergantian tahun kemarin, saya dan teman-teman SMA berkumpul di rumah teman, Sofian. Alangkah senangnya kami, karena sudah selang setahun kami tak pernah bertemu. Bahkan saya, sudah hampir 2 tahun tak bertemu.
Obrolan kali ini adalah tentang karir kami di kantor masing-masing, tentang pengalaman bekerja di masing-masing perusahaan dan tentang rencana tahun depan. Sungguh tak disangka, lima tahun lalu kami masih berbalut seragam putih-abu-abu, obrolan kami hanya semata "mau kuliah apa" dan "suka sama siapa".
Kami berkumpul di balkon rumah Sofian yang cukup strategis menikmati indahnya kembang api Kelapa Gading. Dengan bekal barbeque, soda dan kentang goreng kami menunggu riuhnya terompet berbunyi, pertanda tahun 2012 dimulai. Waktu luang kami sempatkan untuk mengucapkan 'selamat tahun baru' untuk satu pejuang kami di negeri kangguru. Betapa rindunya dia akan kami dan sebaliknya (banyak terima kasih diucapkan untuk pencipta Skype).
Dan saatnya tiba. Percikan kembang api menghiasi langit kelapa gading kala itu. Riuh terompet pun menyemarakkan suasana. Selamat Tahun Baru Kawan. Kami semua saling bersalaman, cium pipi dan bertepuk tangan. Pesta tiada henti sampai pagi.
1 Januari 2012
Wajah kami bengkak. Semalaman kami tidak tidur. Tapi, semangat tahun baru tetap ada. Setelah beberapa dari kami yang sempat tidur semalam terbangun, kami segera merapikan balkon rumah Sofian bersama. Tak perlu menyikat gigi atau mencuci muka kami menyempatkan untuk berfoto bersama terbitnya matahari yang pertama di 2012.
Pukul 6.00, dengan mata yang tak tertahankan kantuknya, kami bersiap pulang. Tapi langit berkata lain, gerimis datang. Tapi, tak ada sedih yang datang,
karena kami mendapat hadiah kecil dari Tuhan, sebusur pelangi.
Selamat Tahun Baru!