Diawali dari membaca kisah fantastis @pipis yang habis menyelamatkan seseorang dari pencopet di Kopaja, saya terpikir untuk bercerita kisah-kisah bersama copet juga (disela-sela kerjaan kantor yang menumpuk).
Kisah Pertama (Angkot M.37 Jurusan Senen - Pulo Gadung)
Waktu itu saya masih SMA hendak pulang dari sekolah ke rumah bersama salah satu teman saya. Saya duduk di barisan 6 (angkot kan ada barisan 4 dan 6 itu lho! Yang 4 deket pintu, yang 6 di belakang supir) urutan 3 dari sopir. Nah, yang dibelakang sopir persis ada bapak-bapak berkemeja coklat rapih sekali! Di sebelahnya itu temannya kemeja putih bawa map segambreng-gambreng, baru disebelah bapak itu saya. Di depan hadapan saya ada mas-mas.
Beberapa lama, ada montir naik bawa dirigen oli, ribet sekali. Lalu, si mas-mas depan saya ini ngajak ngobrol si montir. Saya yang tadinya memperhatikan jalan, jadi teralihkan pembicaraan mereka. Nah di sini dia modusnya! Bapak Kemeja Putih tiba-tiba mapnya berantakan, dia duduk agak-agak riweh, lalu Si Bapak Kemeja Coklat tiba-tiba meraba-raba paha di mana HP ada di kantong sebelah kanan. Aku terkesiap! Lalu saya berteriak dong ke dia, "HP saya!! Hp saya Balikin!!"
Kata si Bapak Kemeja Coklat, "Lho kenapa saya? Jatoh kali neng, kan ditaruh di kantong!" Lalu saya balik bertanya "Kok Bapak tahu, saya taruh di kantong?"
Herannya, satu angkot itu nggak ada yang bantu saya buat cari HP yang entah di mana. Angkot juga masih berjalan. Teman saya langsung takut, saya teriak lagi, "Kalau HP saya belum ketemu, nggak boleh ada yang turun pokoknya". Tidak lama kemudian, ada suara dug! terdengar. Suara HP saya jatuh. Saya segera menengok ke kolong bangku dan gotcha! itu dia HP saya, tepat di bawah bangku si bapak kemeja coklat.
Tiba-tiba hampir semua penumpang turun. Ini dia masa-masa deg-deg-annya. Sisanya tinggal saya dan teman, mas-mas di depan saya, bapak kemeja coklat dan putih. Saya kan duduk jadi paling belakang angkot, si bapak kemeja coklat dan putih persis di belakang sopir, dekat dengan pintu keluar. Jadi, saya tidak bisa keluar. Angkot masih berjalan. Sampai akhirnya kita di Terminal Pulo Gadung, kita turun, si bapak dua ini ngeliatin saya terus. Alhasil, Saya puasa naik angkot M.37 untuk beberapa waktu.
Kisah Kedua (KRL Bekasi - Kota)
Di Kisah kedua ini, saya pergi sama mama. Ceritanya kita mau ke Mangga Dua. Karena kami dari Stasiun Cakung dan KRL sudah penuh sama penumpang, kita berdiri deh. Perjalanan pun berlanjut.
Tiba-tiba di Stasiun Jatinegara, masuk seorang mas-mas kaos hijau bawa-bawa ransel, pakai sepatu olahraga rapih, dan earphone terpasang di telinga. Dia berdiri di sebelah mama.
Dari arah yang lainnya, datanglah seorang mas-mas tukang sapu kereta (yang biasanya akhirnya minta-minta uang ke kita). Pas udah deket ke arah arah saya, tiba-tiba dia berteriak "kecoa... kecoa bu... awas kecoaaa...". Aku yang merasa terganggu, lalu melihat ke arah dia. Dia sibuk membanting-banting sapu seakan-akan mau membunuh kecoa. Lalu aku menengok ke arah mama, dan yang aku lihat adalah mas-mas kaos hijau memasukkan tangannya ke tas mama!! Aku pun ke arah mama, "Kecoanya bukan di tas mama saya mas!!". Mama kaget, lalu mengoceh panjang sekali. Para penumpang yang melihat bersorak dan saya tak tahu deh apa yang terjadi setelah mereka berdua digiring petugas.
Kisah Ketiga (Metro Mini 44 Pulo Gadung - Pulo Gebang)
Kali ini saya pejuang sendiri. Saya duduk tepat di belakang supir memakai tas selempang betty boop merah. Tidak lama datang seorang pria membawa jaket di tangan. Lalu, tiba-tiba saya merasakan sesuatu meraha bagian paha saya (paha saya sudah sering ternoda :[ ). Begitu saya melihat ke arah dia, ternyata tas saya sudah terbuka setengah resletingnya! Lalu saya mengangkat tas saya dan menutup resletingnya di depan hadapannya, sambil senyum. Hehe. Lalu dia terlihat gelisah dan pindah duduk ke belakang. Saya memandangi dari cermin yang ada di atas sopir.
Terlihat dicermin si pria berdiri di pintu dekat kondektur. Lalu, seorang ibu yang duduk paling belakang pindah ke arah depan, lalu berbisik ke mbak yang duduk di depannya. Segera si mbak mendekap tas tangannya. Kemudian seorang pria lain berdiri dan pindah duduk ke samping mbak-mbak itu. Kemudian, ada ibu-ibu lain yang disebelah mbak-mbak pindah duduk ke belakangnya. #kusut
Intinya, ada 3 pencopet di sana. Dan ketiganya gagal, turun dari Metro Mini tersebut. Si Sopir yang mengetahui kejadian itu menghentikan busnya lalu bertanya kepada saya, "Ada yang hilang nggak?"
Ibu di belakang saya bingung, dan saya menjelaskan bahwa pria di sebelah saya itu copet. Lalu dua ibu yang pindah tempat duduk juga cerita bahwa dia duduk di sebelah copet juga. Tapi untung, tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya masih ada kisah lain saya bersama copet. Ada modus pura-pura sakit, pura-pura nanya jalan, pura-pura menawarkan tempat duduk, mau muntah, mau pingsan dan lain-lainnya. (--") Saya hanya bisa share di sini, supaya yang lain bisa lebih waspada.
With love,
@semangkasegar
Kamis, 10 Mei 2012
sebuah doa
by
semangkasegar
semoga hidup ini
kulalui dengan hati yang seterang bintang-bintang...
indah bertaburan..
tanpa kecewa, amarah, prasangka,
dan semoga selalu
kujalani perintahmu Tuhan...
bimbinglah diriku...
penuh kasih ya Maha Pengasih
doaku selalu....
Aku Beranjak Dewasa - Sherina
kulalui dengan hati yang seterang bintang-bintang...
indah bertaburan..
tanpa kecewa, amarah, prasangka,
dan semoga selalu
kujalani perintahmu Tuhan...
bimbinglah diriku...
penuh kasih ya Maha Pengasih
doaku selalu....
Aku Beranjak Dewasa - Sherina
Selasa, 01 Mei 2012
laki-laki & perempuan dalam sebuah adat
by
semangkasegar
Beberapa waktu ini, sudah 3 kali aku menuang air minum ke gelas minuman laki-laki. Entah kenapa, ketiganya selalu memandang dengan tanda tanya dan berkata, "Lah kan gue bisa langsung minum dari gelas elo"
diriku tersenyum.
Di adat keluargaku (dulu dan mungkin sekarang), laki-laki itu (terutama bapak) sebaiknya tidak minum dari gelas perempuan. Tapi si perempuan tidak masalah kalau minum dari gelas laki-laki. Kenapa?
Karena, cuma secara simbolis aja sih, laki-laki itu yang menafkahi perempuan, jadi maksudnya biar nggak 'pamali' aja, si laki-laki nggak bergantung sama perempuan (segi materi yaa... )
Terus kalau perempuan boleh minum dari gelas laki-laki artinya bergantung gitu? Nggak kok, kalau dipandangan keluarga gue, maksudnya bagaimana kita sebagai perempuan itu menghargai jerih payah laki-laki. Karena kita juga gak diharuskan untuk selalu minum dari gelas (bekas) laki-laki kok. Keputusan kita sendiri kan yang mau minum langsung atau ambil gelas baru?
Yah, ini sih cuman contoh kecil aja, dan cuma untuk di share aja. Mungkin ada beberapa orang yang bingung sama hal-hal kecil (remeh) yang sering diriku lakukan. Karena pada intinya, laki-laki dan perempuan itu akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, saling menghargai dan menghormati sesuai kaedahnya.
with love *hug & kiss*
-semangka-
diriku tersenyum.
Di adat keluargaku (dulu dan mungkin sekarang), laki-laki itu (terutama bapak) sebaiknya tidak minum dari gelas perempuan. Tapi si perempuan tidak masalah kalau minum dari gelas laki-laki. Kenapa?
Karena, cuma secara simbolis aja sih, laki-laki itu yang menafkahi perempuan, jadi maksudnya biar nggak 'pamali' aja, si laki-laki nggak bergantung sama perempuan (segi materi yaa... )
Terus kalau perempuan boleh minum dari gelas laki-laki artinya bergantung gitu? Nggak kok, kalau dipandangan keluarga gue, maksudnya bagaimana kita sebagai perempuan itu menghargai jerih payah laki-laki. Karena kita juga gak diharuskan untuk selalu minum dari gelas (bekas) laki-laki kok. Keputusan kita sendiri kan yang mau minum langsung atau ambil gelas baru?
Yah, ini sih cuman contoh kecil aja, dan cuma untuk di share aja. Mungkin ada beberapa orang yang bingung sama hal-hal kecil (remeh) yang sering diriku lakukan. Karena pada intinya, laki-laki dan perempuan itu akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, saling menghargai dan menghormati sesuai kaedahnya.
with love *hug & kiss*
-semangka-