Pada dasarnya manusia tidak menerima kata-kata negatifkata Bu Nisa, dosen seminar saya beberapa waktu lalu.
Dan itu benar. Ini terbukti ketika saya menerima e-mail dari seseorang yang sangat saya hormati, Beliau mengucapkan kata "Terima Kasih" setelah saya mengirimkan kerjaan (yang menyita waktu istirahat).
Waktu yang lain, saya diperlihatkan sebuah foto dari temannya teman saya. Dia melakukan sebuah penelitian yang landasan teorinya sangat tidak kuat, namun sugestinya kuat sekali.
"eksperimen mengikuti penelitian Dr. Masaru Emoto tentang bagaimana air dapat menangkap energi dari kata-kata."
"percobaan pertama (sekitar tahun 2007, oleh si pelaku penelitian), nasi dalam 2 botol (tanpa air), botol dengan kata 'love' nasinya basi, ada helaian2 tipis seperti sarang laba2, berbulu2, masih putih. botol 'hate' nasinya basi jadi kehitaman. (waktu itu tidak di foto-fotoin)
percobaan kedua: dari awal bulan April. nasi yang sama dimasukan ke air yang sama, dengan plastik yang sama"
Dua bulan ini saya akan menjalani internship di sebuah perusahaan desain yang job desk-nya sangat tinggi. Rata-rata pegawai pulang minimal jam 7 malam, selalu minum kopi disaat kerja, dan duduk dengan mata menatap layar dari awal jam kantor sampai pulang. Jujur saya tidak betah.
Tujuh hari pertama, dengan euforia yang tinggi, saya masih betah melakukan aktivitas tersebut. Begitu menjalani 1 (satu) bulan, saya tidak betah. Bahkan sampai saya menulis ini saya masih merasakan hal yang sama.
Saat inilah saya butuh kata-kata positif keluar dari mulut atasan saya untuk memacu semangat kerja saya yang semakin lama semakin menurun. Namun, yang saya terima, nihil.
Tapi saya tahu, sebenarnya Beliau orang yang perhatian, baik dan sangat profesional. Suatu hari beliau pasti akan sukses besar. Namun hanya satu yang kurang.
Well, segala macam motivasi yang saya terima dari orang-orang terdekat saya tampung menjadi energi positif sebagai bekal saya di kantor pun tak cukup membangkitkan semangat saya. Sehingga yang saya pikirkan bukan bagaimana saya menyelesaikan pekerjaan ini, tapi bagaimana saya menyelesaikan hari ini.
Namun suatu kali, hari ini, betapa bahagia-nya saya, saat salah satu atasan saya membalas e-mail dengan mengatakan, "Dear, Melisa, thanks ya". Terharu? Ya.
Memang agak lebay,
but, it works