"Permisi Tuan, Permisi Nyonya.. Permisi numpang ngameeen....."
Lagu tersebut sering saya dengarkan setiap naik Metromini 44 Jurusan Pulo gadung-Pulo Gebang. Seringkali banyak lelaki muda - tua atau mungkin lebih akrab disebut 'abang-abang', yang ceritanya ingin menghibur menjadi agak sedikit menggangu.
Awal mulanya gaya-gaya pengamen ya gitu-gitu aja. Dengan gitar kecil, kecrekan beras, gendang atau bahkan sekadar tepok tangan mengiringi lagu-lagu CINTA yang lagi naik daun. Maka itu, tidak heran saya sedikit tahu lagu-lagu Indonesia (dan sangat mungkin terngiang-ngiang di kepala saya, jika dalam sekali perjalanan pulang ada 5 kali pengamen 'manggung' dengan lagu yang sama)
"Kasiiih gopek silakan, Kasih Ceceng Alhamdulilah, Gak ngasih itu Kebangetan..."
Sekarang ini, banyak pengamen yang sudah mulai maksa. Kalau tidak di kasih duit, minta yang lain. Kalau dia lihat Air minum, dia minta. Lihat kita makan, dia minta juga. Kalau tidak dikasih, dia menyindir kita pelit atau sebagainya.
Tidak hanya di dalam bus saja, di warung makan juga. Bayangkan betapa terganggunya kita jika sedang sangat lapar disuguhi gelas plastik kecil dari pengamen, dan dia menunggu kita makan sampai kita memberinya uang.
Peristiwa.... demi peristiwaaa.....
Tidak cuma pengamen. Bahkan 'abang-abang' yang tidak bisa menyanyi pun juga dapat meminta duit dengan berorasi. Jika tidak dikasih, dia bilang, "Kita ini cuma semua sama! Yang berbeda cuma nasibnya.."
Tidak tanggung-tanggung, dia berani memaksa (terutama pada wanita) dan mungkin memegang beberapa bagian tubuh kita.
Adalagi seorang pengamen, menyanyi asal-asalan. Banyak yang tidak memberikan lalu dia berteriak, "Woooi, pada pelit-pelit kalian smua ya, kalau ada orang orasi baru kalian kasi, Kalau kalian tahu, saya bisa lebih kasar dari mereka.."
Saya sebenarnya lebih menghargai jika pengamen itu menyanyi. Coba para pengamen itu berusaha buat menyanyi yang baik.
Suatu hari ada seorang bapak. Modalnya cuma gitar kecil. Dia menyanyi juga ada 3 lagu. Yang paling diingat, lagu "Sepanjang jalan kenangan.." Alhasil, dalam hari itu, banyak yang memberikan dia uang. Dan tidak segan-segan ia mengucapkan terima kasih. (Ingat wahai pengamen, kita menghargai orang seperti itu).
Adalagi yang menciptakan lagu sendiri (mungkin saya yang belum pernah dengar lagunya), liriknya menggunakan bahasa Jawa, dan dia menggunakan gendang (saya yakin ia buat sendiri) dan kecrekan beras. Mereka bernyanyi tidak merdu cuma meriah. Tidak sia-sia saya memberikan selembar ribuan saya untuk mereka, karena mereka inspirasi saya.
Untuk yang lain, sekali-kali beri mereka apresiasi juga. Saya punya patokan, jika mereka menyanyi dengan baik, saya akan kasih apresiasi (uang). Karena suatu hari, kita yakin kalau mereka bisa jadi inspirasi buat kalian. :)